JAKARTA – Freeport McMoRan Inc, salah satu pemilik saham sekaligus operator PT Freeport Indonesia merevisi target penjualan tembaga dari tambang bawah tanah di Grasberg, Papua pada tahun ini lantaran adanya hantaman wabah Covid-19. Pandemi dari virus asal China tersebut membuat permintaan tembaga menurun. Kathleen Quirk, Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport, mengatakan penurunan target penjualan dilakukan seiring dengan pemangkasan anggaran belanja modal dan juga biaya operasional.

“Kami mengurangi produksi tembaga (secara global) sebesar 400 juta pon sebagai upaya untuk mengurangi biaya dan modal belanja guna merespon kondisi pasar,” kata Quirk dalam conference call, akhir pekan lalu.

Volume penjualan tembaga Freeport McMoRan dipotong sebesar 11%, termasuk proyeksi penjualan tembaga dari tambang di Indonesia. Pada tahun ini, penjualan tembaga dari tambang di Indonesia ditargetkan sebesar 742 juta pon atau turun tipis 1% dibanding target awal 750 juta pon. Untuk target penjualan emas tidak ada perubahan atau sebesar 775 ribu ounces.

Berdasarkan data Freeport McMoRan, harga tembaga masih berada di level US$ 2,85 per pon pada Januari lalu. Namun, di April ini, harga anjlok menjadi US$ 2,32 per pon.

Realisasi penjualan tembaga dan emas Freeport Indonesia sampai akhir kuartal pertama 2020 masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Penjualan tembaga tercatat sebesar 127 juta pon atau sekitar 21% lebih rendah dari realisasi kuartal I 2019 sebesar 174 juta pon. Namun demikian, realisasi penjualan emas tercatat hanya sebesar 139 ribu ounces atau 40,85% lebih rendah dari kuartal I 2019 sebesar 235 ribu ounces.(RI)