JAKARTA – Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara Cirebon Power II direncanakan akan beroperasi komersial (commercial operation date/COD) pada 2021 atau mundur setahun dari target awal, yakni 2020.

Eddy Junaedi Danu, Direktur Independen PT Indika Energy Tbk (INDY), mengatakan proyek PLTU Cirebon Power II yang menelan investasi US$ 2,1 miliar sudah melaksanakan financial close pada November 2017.

“Lahannya 200 hektar, sudah dimatangkan. Nantinya tidak hanya untuk satu unit. Sampai akhir tahun ini progress masih di bawah 15 %,” kata Eddy di Jakarta, belum lama ini.

Dia menambahkan biaya investasi  80% berasal dari pinjaman bank dan sisanya 20% dari equity perseroan.

Proyek PLTU Cirebon akan dibangun dan dioperasikan Cirebon Electric, perusahaan konsorsium yang terdiri dari Indika Energy
yang menguasai 25% saham. Serta Marubeni Corporation (35%), Samtan Co. Ltd (20%), Korea Midland Power Co. Ltd. (10%), dan Chubu Electric Power Co. Inc. (10%).

Dana pembangunan proyek diperoleh dari konsorsium investor Jepang, Korea Selatan, dan bank multinasional. Investor PLTU Cirebon II terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Export-Import Bank of Korea, dan NEXI Investment Insurance and Comercial Bank.

PLTU Cirebon II berada di Astanajapura dan Pangenan, Cirebon, Jawa Barat. Total kapasitas PLTU Cirebon II direncanakan sebesar 1.000 megawatt (MW) atau lebih besar dari PLTU Cirebon I yang berkapasitas 660 MW. Proyek pembangunan akan menggunakan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan cara menyewa lahan selama 40 tahun.

Eddy mengatakan, Indika Energy saat ini juga tengah menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga mesin gas di Nias. Selain itu, anak perusahaan Indika yang bergerak di bidang rekayasa teknik dan EPC, PT Tripatra, untuk industri minyak dan gas juga akan menangani proyek strategis nasional yaitu Tangguh LNG Train 3 di Papua Barat.

“Proyek pembangkit di Nias kapasitasnya 50 MW, gas engine yang bisa menggunakan bahan bakar gas dan solar. Pengerjaan selama 18 bulan, target selesai akhir tahun depan. LNG Train 3 untuk BP Tangguh masih pekerjaan sipil ada kendala dari pelabuhan, equipment sudah dipesan dan akhir tahun ini akan datang,” ujar Eddy.

Arsjad Rasjid, Direktur Utama dan CEO Indika Energy, menyampaikan bahwa sebagai bentuk dukungan dan kontribusi perseroan terhadap pengembangan logistik nasional khususnya Indonesia bagian timur, Indika melalui anak usahanya PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) telah menandatangani perjanjian layanan fasilitas penyimpanan dengan PT Exxon Mobil Lubricants Indonesia (Exxon Mobil) pada 12 April 2018.

“Berdasarkan perjanjian ini, KGTE akan membangun, memiliki, dan mengoperasikan terminal di Kalimantan Timur untuk menyimpan dan mengirimkan produk bahan bakar maupun layanan terkait lainnya secara eksklusif untuk Exxon Mobil,” kata Arsjad.

Tahap awal pembangunan fasilitas ini akan dimulai pada semester kedua  2018 dengan nilai proyek yang diperkirakan mencapai US$ 108 juta atau setara hampir Rp 1,5 triliun. Kontrak layanan fasilitas penyimpanan untuk Exxon Mobil ini memiliki durasi 20 tahun dengan opsi perpanjangan 10 tahun.

“Perjanjian untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas penyimpanan dan pengiriman produk bahan bakar dengan Exxon Mobil ini sangat strategis dan menunjukkan kepercayaan yang tinggi dan hubungan baik dengan mitra kami,” kata Arsjad.(RA)