JAKARTA – Pemerintah berulangkali menyampaikan pemihakan kepada kepentingan domestik. Bahkan, sudah menyiapkan draft RPP untuk melarang ekspor gas alam. Tapi ini sepertinya tak cukup. Serikat Pekerja PLN mengganggap pemerintah tak serius. Mereka mencium tiga blok gas baru tetap akan dijual ke ke asing masing-masing Blok IDD Selat Makassar, Blok Natuna Timur, dan Blok Masela, menyusul lima blok lama yang juga dijual ke luar negri, masing-masing Blok Mahakam, Blok West Natuna, Blok Grissik Sumatera, Blok Tangguh di Irian, dan Blok Senoro di Sulawesi.

Padahal, selama ini PLN harus mengemis minta pasokan gas agar bisa berhemat. Kalau pun tersedia terpaksa membeli dengan harga mahal . PLN sekarang ini membeli gas seharga US $ 15/ MMBTU s.d US $ 18/MMBTU yang berarti untuk menghasilkan satu kWh listrik dibutuhkan biaya sekitar 2000 rupiah per kWh. Bandingkan dengan harga rata-rata listrik yang tidak sampai Rp. 900/kWh. Atau harga gas alam yang dibeli TNB (PLN Malaysia) hanya RM 13,7/MMBTU atau sekitar US $ 4,5/MMBTU.
Merasa diperlakukan tak adil , Serikat Pekerja Perusahaan Listrik Negara (SPPLN), Kamis mendatangi gedung Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendesak pemerintah menghentikan ekspor gas alam agar tarif dasar listrik (TDL) tidak perlu naik. “Ekspor gas alam merugikan negara Rp250 triliun per tahun ditambah beban rakyat yang harus membeli energi primer yang mahal sebesar Rp137 triliun per tahun,” kata Ketua Umum SPPLN Deden Adityadharma. (IT/dunia-energi@yahoo.co.id