JAKARTA – Thorcon International Pte.Ltd, Independent Power Producer (IPP), menargetkan pelaksanaan studi tapak test bed dan tapak Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) bekerja sama dengan P3Tek Balitbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dapat terealisasi tahun ini.

“Pada 2020 Thorcon juga menargetkan untuk melakukan studi kajian PJBL dan implementasi PLTT di Indonesia sebagai bahan masukan RUPTL bekerja sama dengan PLN Engineering,” ungkap Bob S Effendi, Kepala Perwakilan Thorcon, kepada Dunia Energi, Rabu (8/1).

Bob mengatakan Thorcon juga akan melakukan kajian rantai pasok industri nuklir bekerja sama dengan Dirjen ILMATE dan PT PAL Indonesia (Persero). Semua kegiatan membutuhkan kepastian dari sisi pemerintah.

“Konklusinya 2020 ini kami berharap kepastian dalam bentuk Perpres. Karena 2021 kami akan mulai membangun test bed platform. Jadi 2020 adalah tahun persiapan yang sangat serius untuk 2021,” ungkap Bob.

Thorcon International Pte.Ltd telah menyatakan keseriusan untuk melakukan investasi sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17 Triliun untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Indonesia.

Thorcon International berencana mengembangkan PLTT berkapasitas 500 megawatt (MW). Perusahaan asal Amerika Serikat ini telah mengidentifikasi beberapa tantangan dalam membangun PLTT (TMSR500 Power Plant).

PT PAL nantinya yang akan mengembangkan komponen TMSR500 Power Plant dan Test Bed Platform yang akan dimulai pada 2020.

PLTT akan dibangun dengan menggunakan model desain struktur Kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax ini rencananya akan di bangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan, yang merupakan galangan kapal nomor dua terbesar di dunia. PLTT pertama di Indonesia ini ditargetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10%.

“Intinya, kalau sampai 2020 tidak ada kepastian dari pemerintah maka sulit untuk Thorcon terus bertahan di Indonesia. Dan tentunya akan menjadi kerugian bagi sektor kelistrikan Indonesia yang snagat membutuhkan listrik handal, skala besar yang murah,” tandas Bob.(RI)