JAKARTA – Blok migas Selat Panjang secara resmi dikelola oleh Sonoro Energy Ltd dan PT Menara Global Energi melalui penandatanganan kontrak gross split oleh para perusahaan afiliasinya, yakni Zamatra Bakau Straits Ltd dan PT Sumatra Global Energi.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kedua perusahaan ditetapkan sebagai pengelola blok Selat Panjang setelah membayar bonus tanda tangan sebesar US$5 juta dan performance bond atau jaminan dari seluruh total komitmen pasti.

“US$5juta bonus tanda tangan, total komitmen eksplorasi US$74 juta. Sudah pembayaran bonus tanda tangan, paket data dan komitmen eksplorasi,” kata Djoko disela penandatanganan kontrak Selat Panjang di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (14/10).

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan sempat menunda penandatanganan kontrak blok Selat Panjang. Ini tidak lepas dari kondisi blok yang diterminasi kontraknya dari kontraktor terdahulu yakni Petroselat yang dinyatakan pailit. Setelah ditender keputusan pemerintah juga sempat digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

“Kalau lihat jadwal, harusnya sebulan setelah setuju term and condition, PSC harus ditandatangani. Kami paham bahwa ada beberapa concern dari kontraktor dan kami dapat final decision dari kalian hari ini untuk tanda tangan,” kata Arcandra.

Blok Selat Panjang dengan luas 1.311 kilometer persegi berlokasi di Riau. Di awal, Blok Selat Panjang memiliki kandungan minyak 37,5 juta barel (milion stock tank barrels of oil/MMSTB) dan gas 118,4 miliar kaki kubik (billions standard cubic feet/BCF). Sesuai data SKK Migas, produksi blok tersebut sempat sebesar 0,94 barel per hari (bph) untuk minyak dan gas sebesar 0,05 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Kontrak blok ini dimulai pada 1991 dan akan berakhir pada 4 Agustus 2021.

Di Selat Panjang Sumatra Global Energi menjadi operator dengan porsi saham 75% sementara Zamatra memiliki porsi 25%.

William J Marpe, Direktur Utama Zamatra Bakau Straits Ltd, menyatakan setelah ini perusahaannya bersama mitra sekaligus operator yakni Sumatra Global Energi segera mengirimkan rencana program kerja kepada pemerintah. Para kontraktor sendiri menargetkan blok Selat Panjang bisa kembali berproduksi dalam waktu dua tahun.

“Ditargetkan sebelum 60 hari, program kerja akan mengirimkan berkas program kerja ke pemerintah. Apabila, program kerja telah direview dan disetujui SKK Migas, mereka akan mulai mengimplementasikan kontrak maupun memindahkan pekerja ke wilayah kerja tersebut,” kata William.(RI)