JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan PT Pertamina (Persero) bisa mulai melakukan pengeboran di Blok Rokan paling lambat awal 2020.

Fatar Yani Abdurrahman, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan hingga saat ini pembahasan tentang transisi masih berlangsung antara PT Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina. Transisi sangat penting untuk menjamin kinerja produksi Blok Rokan tetap positif saat masa transisi  dan pasca alih kelola.

“Ada beberapa bisnis model yang kami siap lakukan. Jadi harapan kami akhir tahun atau awal 2020,  Pertamina bisa mulai ngebor. Belum diputuskan model bisnisnya,” kata Fatar Yani usai konferensi pers pre event Indonesia Petroleum Association (IPA) di Jakarta, Kamis (8/8).

Fatar Yani menegaskan saat ini Blok Rokan sudah menunjukkan tanda-tanda penurunan produksi alami. Padahal kontraktor eksisting dipastikan tidak akan berinvestasi secara jor-joran menjelang kontraknya berakhir.  Karena itu peran Pertamina sebagai kontraktor selanjutnya sangat penting.

“Ini kan sudah mau selesai, jadi kontraktor lama tidak akan mau investasi banyak. Ini tugas kontraktor baru. Maka itu kami kejar bagaimana transisi ini harus berjalan,” ujar Fatar Yani.

Data SKK Migas menyebutkan realisasi lifting minyak Blok Rokan pada semester I 2019  sebesar 190,6 ribu barel per hari. Capaian tersebut diperkirakan akan terus menurun. Padahal seharusnya Chevron bisa menggenjot produksi, bahkan sampai 400 ribu bph melalui metode Enhance Oil Recovery (EOR).

“Kemampuan Rokan 400 ribu bph kalau dilaksanakan EOR. Transisi Pertamina dipaksakan secepat mungkin,” ujarnya.

Metode Steam Flood di Lapangan Minas sendiri baru dalam tahap pilot project yang  sudah terbukti dan siap diimplementasikan. Chevron menurut Fatar enggan melanjutkan EOR yang sudah diuji coba lantaran harga minyak anjlok beberapa tahun lalu. Kalaupun dimulai sekarang kontraknya akan segera habis pada 2021 mendatang karena itu EOR tidak dilakukan.

“Dulu harga chemical dekat harga minyak. Sekarang sudah lebih kompetitif, setelah Pertamina ambil alih mudah-mudahan harga minyak tidak anjlok nanti,” kata Fatar Yani.(RI)