JAKARTA – Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) akhirnya merevisi target produksi migas pada tahun ini. Hal ini dilakukan menyusul anjloknya harga minyak dunia dan dibarengi dengan wabah virus Corona atau Covid-19.

Untuk prodduksi minyak, target turun sebesar 10 ribu barel per hari (bph) dari semula 735 ribu bph menjadi 725 ribu bph. Target tersebut adalah target teknis yang disepakati dalam Work Plan and Budget (WPNB) berdasarkan kemampuan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), sementara target APBN adalah 755 ribu bph.

Untuk produksi gas, target juga turun menjadi 5.727 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target WPNB sebesar 5.959 MMSCFD. Sementara target APBN adalah sebesar 6.670 MMSCFD.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas,  mengungkapkan revisi target produksi sudah dikalkulasikan secara komperehensif. “Sesungguhnya target akhir tahun dibanding Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 755 ribu bph sesungguhnya penurunan tidak signifikan hanya 4%. Kalau kita bandingkan target awal tahun (teknis) 735 ribu bph, tidak terlalu signifikan (penurunan). Ini dari effort SKK Migas dan KKKS terus berusaha optimal beroperasi dalam keterbatasan,” kata Dwi dalam video conference, Kamis (16/4).

Dwi mengatakan perubahan taret tadi tentu memberikan dampak juga terhadap penerimaan negara. Dalam kalkulasi awal gross revenue turun cukup jauh dari target awal.

“Penerimaan negara outlook gross revenue turun dari US$32 miliar, kami perkirakan jadi sekitar US$19 miliar,” ujar Dwi.

Menurut Dwi, anjloknya harga minyak pada awalnya bisa dimanfaatkan KKKS untuk melakukan plan shutdown fasilitas produksi,  namun karena adanya virus Corona rencana terebut urung dilakukan. Ini terjadi di Lapangan Banyu Urip dan Tangguh. Kemudian beberapa kegiatan lainnya juga mengalami perubahan, seperti program kerja ulang dan perawatan sumur PT Chevron Pacific Indonesia, PetroChina dan PHE OSES. Serta kegiatan P&A sumur Conoco Phillips.

Selain itu, ada penundaan beberapa pengeboran dan kerja ulang. Serta perawatan sumur di EMP Malacca Straitm Mont’dor Tungkal, Medco Rimau, Natuna&South Sumatera, Camar Resources PetroChina.

Dwi menuturkan akan ada penyesuian terhadap target penyelesaian proyek hulu migas. Kemungkinan akan mengalami pergeseran bulan, namun masih pada tahun ini. Ada juga proyek besar yang akan bergeser hingga baru selesai pada 2021, yakni proyek Merakes.

“Proyek-proyek bergeser lagi, tapi kami lihat potensi masih pada 2020, kecuali Lapangan Merakes bergeser ke kuartal I 2021,” kata Dwi.

Hingga kuartal I,  rata-rata lifting minyak  sebesar 701,6 ribu barel per hari bph atau sekitar 92,9% dari target APBN yang dipatok 755 ribu bph. Untuk gas bumi, lifting sebesar 5.866 MMSCFD atau 87,9% dari target APBN sebesar 6.670 MMSCFD.

Secara kumulatif, lifting migas sebesar 1,749 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) atau sekitar 90,4% dari target APBN sebesar 1,946 juta BOEPD.(RI)