JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi harga minyak dunia akan terus merangkak naik. Seiring dengan itu, beberapa proyek migas besar di tanah air diperkirakan akan kembali bergulir dan berdampak pada masuknya investasi.

SKK Migas mematok target investasi hulu migas pada 2021 sebesar US$12,3 miliar dan kembali naik pada 2022 menjadi US$13,9 miliar.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas mengatakan asumsi harga minyak yang digunakan pada 2021 sebesar US$45 per barel. Pada 2020, SKK Migas menggunakan asumsi harga minyak sesuai APBN-Perubahan sebesar US$38 per barel.

“Rencana investasi untuk 2020-2022, tahun ini proyeksinya US$11,2 miliar, kemudian di 2021 sebesar US$12,3 miliar dan 2022 sebesar US$13,9 miliar,” kata Dwi dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (30/9).

SKK Migas juga memproyeksikan beberapa proyek migas besar di 2020-2022 mulai berjalan. Proyek LNG Abadi, Blok Masela diharapkan sudah mencapai keputusan investasi akhir (final investment decision/FID), pada 2023 sehingga investasinya segera mengalir serta Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) juga jadi andalan mendongkrak investasi

“Pada 2022, ada FID Proyek Masela, sehingga investasi akan naik. Kami mengharapkan demikian juga untuk IDD,” tukas Dwi.

Selain dua proyek itu, pada 2021-2022 juga dana komitmen kerja pasti (KKP) mulai dikucurkan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang melanjutkan operasi blok terminasi.

Sejauh ini ada 13 blok migas yang beralih pengelolaannya pada 2020-2022 dengan total dana KKP mencapai US$ 1,69 miliar.

Kegiatan pengeboran juga akan semakin agresif atau naik dari 268 sumur di 2020 menjadi 618 sumur di 2021 dan 760 sumur di 2022. “Tetapi ini masih dalam diskusi dengan KKKS,” kata Dwi.

Sementara kegiatan kerja ulang (work over) turun dari 679 kegiatan di tahun ini menjadi 517 kegiatan pada 2021, dan kembali naik menjadi 783 sumur pada 2022. Kegiatan perawatan sumur (well services) juga berkurang dari 81.060 kegiatan di tahun ini menjadi 78.408 kegiatan pada 2021, dan naik tipis menjadi 79.174 kegiatan pada 2022.

Peningkatan investasi tersebut diharapkan juga bisa menggenjot lifting gas diharapkan naik. Dwi memaparkan, lifting gas ditargetkan naik dari proyeksi sampai akhir tahun ini 5.505 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) menjadi 5.638 mmscfd di 2021 dan mencapai 6.461 mmscfd di 2022. Sayangnya karena banyak proyek gas yang dikembangkan, lifting minyak di 2021 justru tidak mengalami pertumbuhan di 705 ribu barel per hari (bph), bahkan turun menjadi 700 ribu bph 2022.(RI)