JAKARTA – Dewan Energi Nasional (DEN) berkolaborasi dengan PT ThorCon Power Indonesia (TPI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD), (22/4), menandai dimulainya penyusunan proposal untuk calon Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.

Sebelumnya, DEN telah memasukkan energi nuklir dalam bauran energi nasional sebagai bagian dari upaya mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Hal ini tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang ditargetkan diundangkan tahun ini.
RPP KEN menargetkan beroperasinya PLTN pertama di Indonesia pada tahun 2032.

FGD ini merupakan bagian dari agenda nota kesepahaman antara DEN dan TPI yang ditandatangani beberapa waktu lalu. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan energi, termasuk Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM, Balai Besar Survei dan Pengujian (BBSP) KEBTKE ESDM, Kemenkomarves, Kemenko Perekonomian, Kementerian BUMN, BAPETEN, BRIN, PLN, Indonesia Power, MIND ID, dan PLN Enjiniring.

Tujuan FGD adalah untuk menjaring aspirasi dari para pemangku kepentingan energi tersebut guna menyusun proposal yang akan disusun oleh BBSP EBTKE dengan dukungan PLN Engineering, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Bangka-Belitung (UBB), dan BRIN.

Proposal ditargetkan selesai sebelum Agustus 2024 dan selanjutnya akan diserahkan kepada Pemerintah untuk mendapatkan payung hukum dalam bentuk Program Strategis Nasional.

Dalam paparannya Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir, Haendra Subekti, menjelaskan berbagai persiapan yang dilakukan Bapeten dalam menghadapi target percepatan implementasi PLTN
yang telah dan akan dilaksanakan, termasuk berkoordinasi dengan Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan ESDM.

Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto menyampaikan akan menindaklanjuti dukungan Menteri juga DPR tentang persiapan terbentuknya PLTN. “Dan mendukung ThorCon melalui MOU kerjasama dengan DEN dalam artian mendukung secara teknis dan administratif,” ujarnya.

Anggota DEN Agus Puji Prasetyono berharap tahun 2030 akan muncul PLTN pertama. “Karena itulah kita sangat berbahagia sekali dengan adanya acara ini,” ujarnya.

Direktur Jenderal EBTKE Prof Dr Eniya Listiani menyampaikan pendapatnya secara daring. “Saya berpendapat bahwa listrik yang dihasilkan dari PLTN ini harus langsung masuk ke grid. Nuklir itu sudah sangat green, sehingga first in dan first out untuk energi green ini masuk ke grid. Keuntungan dari PLTN ini dapat menghasilkan energi dengan jumlah besar dan relatif stabil, serta tidak menghasilkan gas emisi gas rumah kaca selama operasi normal,” ujarnya.

Direktur Operasi PT ThorCon Power Indonesia Bob S Effendi berharap proposal bersejarah ini dapat menjadi
solusi praktis transisi energi. “Untuk gantikan PLTU batubara. Nantinya mendapat dukungan dari menteri ESDM untuk dapat di bahas bersama Presiden,” ujar Bob.