JAKARTA – PT PLN Indonesia Power (PLN IP) terus menunjukkan komitmennya untuk mencapai net zero emissions di tahun 2060. Upaya menurunkan CO2 terus dilakukan dan dapat dipercepat apabila bisa meningkatkan implementasi yang sedang high terutama hydrogen, amoniak, bio cell dan lain-lain.

“Tentunya target tersebut perlunya banyak dukungan, dan untuk memastikan pencapaian milestone transisi energi kita perlu banyak teknologi baru yang perlu dikembangkan. Terkait dengan hydrogen sendiri, kami berkerja sama dengan Mc Kinsey melakukan studi. Ternyata Indonesia punya banyak potensi dari sisi pengembangan hydrogen, mulai dari yang sifatnya grey, brown, blue, green dan juga ada pink dan turquoise hydrogen,” kata Dwi Handoyo, Kepala Satuan Teknologi PLN IP, dalam sesi webinar DETalk bertema Status and Trends of Hydrogen Economy: Indonesia Prespectives and Experience yang digelar Dunia Energi, Selasa (2/4).

Dwi menjelaskan untuk green hydrogen, PLN bisa menyediakan listrik yang renewable dalam rangka mendapatkan hydrogen yang benar-benar hijau. PLN berinisiatif mengembangkan ekosistem teknologi green hydrogen dalam rangka dekarbonisasi pembangkit, yang fokus di sisi hulu dan hilir.

Dwi menyebutkan peran PLN di sisi hulu, pertama produksi hydrogen dari pembangkit tenaga listrik yang focus pada green hydrogen dan geothermal. “Kami kejar kolaborasi di sisi hulu yang sedang kita kembangkan. 9 Oktober 2023 PLN berhasil menorehkan Sejarah dengan mengoperasikan pabrik hydrogen hijau pertama yang lokasinya di pembangkit yang produksinya 43 ton per tahun. Memang masih kecil tapi kalau kalau bisa kumpulkan dengan metodelogi yang sama seperti ini, maka Indonesia punya banyak potensi dalam menghasilkan pabrik hydrogen,” ujarnya.

Dwi menambahkan, adapun pada 18 januari 2024 sudah beroperasi hidrogen plant yang ke 22 dari PLTP Kamojang dengan produksi 4 ton per tahun.

Dwi mengatakan terkait dengan kolaborasi tentunya bicara teknologi, PLN sebagai pengguna sehingga perlu merangkul banyak pemain di kawasan global agar Indonesia mempunyai kemampuan memproduksi sendiri terkait dengan hydrogen ataupun amoniak.
“Kami sudah bergerak dengan adanya JDA at Cop 28 Dubai Desember lalu, antara PLN, ACWA Power dan Pupuk Indonesia yang mana target kami menghasilkan sesuatu green hydrogen 30 kilo ton per annual atau 120 kilo ton per annual green amonia, dan untuk diekspor nantinya,” ujar Dwi.

Untuk sisi hilir, kata Dwi, PLN IP berupaya menginisiasi perkembangan teknologinya antara lain sudah merealisasikan Hidrogen Center di Senayan, Jakarta. Hydrogen yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk co-firing di pembangkit listrik.
“Kami juga sedang melakukan pendekatan teknologi untuk penerapan fuel cell untuk dediselisasi pada pembangkit-pembangkit yang berada di luar jawa. Utilisasi green hydrogen yang telah kita kembangkan untuk sisi transportasi, PLN Group menghasilkan 128 ton per tahun excess produksi hydrogen untuk bisa digunakan sebagai pengisian mobil hydrogen. Otomatis kalau ini kita terus kembangkan maka contoh yang sudah kita produksi sekarang 128 ton hydrogen maka kita bisa menurunkan kurang lebih 4,15 juta kg CO2 atau setara dengan 1,59 juta liter BBM dalam setahun,” kata Dwi.(RA)