JAKARTA – Produksi Blok Rokan masih terancam pada masa transisi. Penyebabnya tentu masih belum jelasnya transisi operator dari PT Chevron Pacific Indonesia kepada PT Pertamina (Persero) yang ditargetkan terjadi pada tahun ini. Kegiatan pengeboran di sana juga urung dilakukan Chevron lantaran kontrak akan berakhir pada 2021.

Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan pada tahun ini Chevron telah menyampaikan tidak ada kegiatan pengeboran. Ini juga sudah disampaikan dalam Work Plan and Budget (WP&B) 2020 Chevron di Rokan . Namun bukan berarti produksi tidak bisa ditingkatkan, karena kegiatan pengeboran dan upaya lainnya untuk menambah produksi bukan bergantung pada WP&B.

“WP&B di-approve atau tidak bukan berarti tidak bisa menambah pekerjaan. Kami sering di wilayah kerja lain menaikkan produksi dengan tambah macam-macam, WP&B hanya business process, yang penting buat kami produksinya,” kata Jaffee kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Untuk tahun ini rata-rata produksi siap jual (lifing) minyak Blok Rokan hanya sekitar 160 ribuan barel per hari (bph), turun dibanding realisasi 2019 yang rata-rata bisa mencapai 190-an ribu bph.

Menurut Jaffee, keengganan Chevron melakukan pengeboran bukan berarti disetujui begitu saja oleh SKK Migas. WP&B yang telah disepakati sudah melalui pembahasan panjang. Selain itu, keekonomian dalam mengelola lapangan juga menjadi pertimbangan dalam industri migas. Disisi lain, berbagai kegiatan tetap akan dilakukan Chevron dengan menggelontorkan dana jutaan dolar Amerika Serikat.

“Pada 2020 akan ada work over, well services, ini investor investasi biar ekonomis. Kalau bor sekarang, sumurnya bisa berumur 3-4 tahun mereka berproduksi satu tahun kan nggak mendapat keuntungan. Kami lagi mendiskusikan skema-skema apa yang bisa supaya berinvestasi dengan cepat ya, nanti dicarikan jalan,” ungkap Jaffee.

Pemerintah sebelumnya juga sudah meminta Chevron untuk melakukan pengeboran di Rokan. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordintor Bidang Kemaritiman dan Investasi menegaskan Chevron harus bertindak menahan laju penurunan produksi. Salah satu cara untuk bisa mencapai target itu adalah dengan melakukan pengeboran.

“Kami sepakat Chevron akan meneruskan proyek ini hingga selesai pada Agustus tahun depan,” kata Luhut.

Jaffee masih optimis kegiatan pengeboran bisa dilakukan dengan segera karena SKK Migas siap memfasilitasi persiapan, sehingga bisa dieksekusi lebih cepat. “Kalau keputusan cepat, kami bisa langung pengadaan rig, procurement itu business process. Kami carikan jalan cepat, tapi tetap governance baik. Itu (procurement) issue, tapi bukan kami nggak bisa solve,” kata Jaffee.(RI)