JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memproyeksikan liftig migas hingga akhir 2021 tidak sesuai target. Pada tahun ini, lifting migas dipatok sebesar 1.712 ribu barel oil equivalent per day (boepd) dengan rincian minyak 705 ribu barel per hari (bph) dan gas 1.007 ribu boepd.

Namun dengan berbagai tantangan yang ada, SKK Migas memproyeksi lifting migas tahun ini hanya bisa mencapai 1.669 ribu boepd dengan rincian minyak hanya 682 ribu bph dan gas hanya 987 boepd.

“Minyak bumi tahun ini diprongnosakan 682 ribu bph dan menjadi 704 ribu pada 2022. Semangatnya masih semangat kerja keras, semangat supaya enggak lagi decline. Untuk gas bumi tahun ini 985 boepd  dan menjadi 1.036 boepd pada 2022″ kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas disela rapat dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/5).

Menurut Dwi, pada awal tahun ini terdapat beberapa masalah yang mempengaruhi kinerja produksi migas secara nasional. Pertama, penurunan produksi alamiah yang cukup tinggi dan lebih cepat dari yang diperkirakan terjadi di beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). “Jumlahnya 14,2 ribu bph dan gas 7 MMscfd,” kata Dwi.

Selain itu, ada unplanned shutdown yang menyebabkan kekurangan produksi sekitar 6 ribu bph dan gas sebesar 90 MMscfd. Ada juga mundurnya kontribusi sumur baru yang tidak optimal lantaran adanya keterlambatan eksekusi kegiatan pengeboran dengan jumlah produksi yang terlambat sebesar 3,9 ribu bph dan 1 MMscfd. “Serta mundurnya onstream beberapa lapangan,” kata Dwi.(RI)