JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan bahwa sudah ada kesepakatan antara PT Pertamina (Persero) dan PT Chevron Pacific Indonesia terkait transisi Blok Rokan.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas,  mengungkapkan Chevron sudah setuju dan mengizinkan Pertamina untuk melakukan pengeboran Blok Rokan mulai tahun depan.

“Kami harapkan Oktober sudah ada kayak agreement awal. Tapi secara keseluruhan akhir November nanti, polanya bagaimana, skemanya seperti apa, yang sama-sama sepakat sih 2020 Pertamina sudah bisa mulai mengebor di Blok Rokan,” kata Dwi di Jakarta, Kamis (24/10).

Dwi menjelaskan aktivitas pengeboran yang direncanakan oleh Pertamina belum masuk dalam Work Plan and Budget (WPNB) Chevron 2020. Jumlah sumur yang dibor tahun depan rencananya akan disampaikan pada November mendatang.

“Besar (jumlah pengeboran). Mudah-mudahan awal November kita bisa input kira-kira tambahan dari Pertamina berapa pengeboranya tahun depan,” ujarnya

Masih ada waktu sekitar 1,5 tahun sampai kontraknya waktu transisi. Dwi berharap kondisi blok Mahakam bisa menjadi pengalaman yang bisa dicermati oleh para kontraktor agar proses transisi di Rokan benar-benar bisa berjalan dengan baik.

“Mahakam kan kaya trauma bagi kita, jangan sampai itu terjadi. Mudah-mudahan satu setengah tahun bisa menghindari itu (kasus mahakam),” katanya.

Transisi di Blok Rokan sangat krusial lantaran kontraktor lama dipastikan akan kurangi investasi lantaran sudah dipastikan tidak akan kelol blok tersebut selepas kontraknya habis pada 2021. Pertamina didorong terus untuk bisa berinvestasi sebelum benar-benar kelola Rokan agar Blok Mahakam tidak terjadi.

Blok Mahakam memang produksinya anjlok setelah pengelolaannya beralih dari Total E&P Indonesie ke Pertamina pada 2018.

Masa transisi di blok-blok terminasi yang dikelola oleh Pertamina hanya berkisar antara 1-2 tahun, bahkan ada yang kurang dari satu tahun. Padahal untuk bisa mendeteksi secara jelas apa yang sebenarnya menyebabkan penurunan produksi di lapangan terminasi manajemen Pertamina harus bergerak dan bersama para engineer di lapangan menemukan solusi.(RI)