JAKARTA – Indonesia dinyatakan belum memiliki independensi dalam energi. Karena hingga kini masih menjadi negara importir minyak dan gas.

Satya Wira Yudha, Anggota Komisi I DPR, mengatakan perlu komitmen kuat, sehingga pembangunan energi nasional dapat berjalan sebagaimana mestinya.

“Idealnya siapapun pemimpinnya, kebijakan energi harus dijalankan dengan baik. Dasar berpikir kita sudah bagus, tidak ingin negara ini dikotak-katik negara lain,” ujar Satya di Jakarta, belum lama ini.

Dia mengakui bahwa pembangunan energi pasti tidak bisa terlepas dengan politik. DPR diklaim terus berupaya mengawal kebijakan energi yang dihasilkan berdasarkan Undang-Undang (UU) dijalankan dengan baik.

“Kita punya gas besar, kalau  mampu melakukan konversi maka tidak usah bangun kilang. Tapi, ini pun tidak dijalankan. Saya sudah sampaikan dari zaman pemerintahan Pak SBY,” ujar Satya.

Menurut dia, kalau  road transportation diubah menjadi gas atau dual fuel, ini sudah mengatasi masalah ekonomi. Ada dua jenis bahan bakar gas (BBG) kendaraan yang dapat dikembangkan, yakni gas alam yang dimampatkan atau dikompresi disebut compressed natural gas (CNG) dan gas yang dicairkan disebutliquefled gas for vehicle (LGV). LGV sendiri juga disebut Vi-Gas atau bentuk turunan dari LPG yang biasa digunakan untuk memasak.

Bahan bakar alternatif lainnya yaitu LPG (gas yang dicairkan). Baik LPG dan CNG sama-sama berasal dari bumi. Akan tetapi LPG (elpiji) saat ini adalah yang paling umum dijumpai dalam keseharian kita dibandingkan dengan gas CNG.

Kendaraan bermotor menggunakan LPG sebagai bahan bakar sudah diterapkan di banyak negara.

Keamanan pemakaian mobil LPG adalah sama dengan kendaraan yang menggunakan BBM. Bahkan LPG mempunyai pengamanan lebih karena mempunyai sistem pendeteksian dini berbasis elektronik mikroprosesor.

Sensor tekanan gas akan menggunci dan menutup semua sirkulasi gas pada kendaraan jika ada kebocoran pada tabung atau saluran pipa gas. Selain itu tangki BBG terbuat dari bahan dan di disain secara khusus yang mampu menbawa BBG dengan bertekanan aman.

LPG mempunyai nilai oktan 98, setara dengan BBM jenis Pertamax Plus (Pertamina), Primax (Petronas),Super Extra (Shell) atau Performance (Total), hasilnya tenaga mesin akan lebih maksimal karena bahan bakar di gunakan secara optimal dan kualitas oli mesin akan bertahan lebih lama.

“Niatan ini besar pada tahun pertama pemerintahan Pak Jokowi, tapi kontinuitasnya tidak ada. Perlu ada political commitment. Setiap pembangunan energi harusnya follow the energy,” tandas Satya.(RA)