NEW YORK– Harga minyak sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (13/3) pagi WIB setelah menguat dua hari berturut-turut. Namun, harga masih bertahan di dekat US$ 70 per barel didukung oleh pengurangan produksi produsen minyak utama dan optimisme atas pemulihan permintaan di paruh kedua tahun ini.

Reuters melaporkan, atokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei 2021 menyusut US$41 sen atau 0,6%, menjadi ditutup pada US$69,22 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga berakhir turun US$41 sen, menjadi US$65,61 per barel.

Harga minyak mentah Brent dan minyak mentah AS mengakhiri minggu ini cenderung datar, masing-masing terkikis 0,2% dan 0,7% setelah harga-harga menyentuh level tertinggi 13 bulan pada Senin (8/3), menyusul kenaikan tujuh minggu berturut-turut.

“Permintaan untuk aset-aset berisiko seperti minyak terus didukung oleh paket bantuan Gedung Putih dan berita utama vaksin yang optimis mengalir hampir setiap hari,” kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan pemulihan permintaan minyak yang lebih kuat tahun ini, terutama di paruh kedua. OPEC, Rusia dan sekutunya memutuskan pekan lalu untuk mempertahankan pembatasan produksi hampir tidak berubah.

Para pengebor AS juga menahan diri, mengurangi jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya sejak November, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

“Rebound yang lebih kuat dari perkiraan pada paruh kedua tahun ini menyiratkan bahwa ekonomi global dan karenanya prospek permintaan minyak hampir mengatasi kesengsaraan akibat COVID,” kata analis PVM.

Analis RBC Capital mengatakan fundamental untuk bensin musim panas adalah yang paling bullish dalam hampir satu dekade.

Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, mengalami penarikan besar pada stok bensinnya pada minggu lalu karena badai musim dingin di Texas mengganggu produksi penyulingan.

Harga minyak lebih tinggi yang berkelanjutan diperkirakan akan mendorong produsen-produsen AS untuk meningkatkan produksi, yang pada akhirnya dapat membebani harga, tulis analis JPMorgan.

JPMorgan memperkirakan produksi minyak AS akan mencapai rata-rata 11,36 juta barel per hari tahun ini dibandingkan dengan 11,32 juta barel per hari pada 2020. (RA)