BANJARNEGARA – PLN Indonesia Power (IP) Mrica PGU menjaga kualitas air pada aliran Sungai Serayu dengan memberdayakan masyarakat sekitar. Tak hanya penting bagi keandalan pembangkit dimana air Sungai Serayu digunakan sebagai penggerak turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica, namun juga untuk menjaga ekosistem di Sungai Serayu.

Sigit Reliantoro, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan Kampung Kopi Konservasi binaan PLN IP Mrica PGU ini merupakan salah satu contoh implemestasi konsep Creating Shared Value (CSV) yang akan menguntungkan bagi masyarakat dan korporasi.

“Ini merupakan salah satu contoh implementasi dari konsep Creating Shared Value, ada upaya win-win solution dari mayarakat dan perusahaan, bagi masyarakat ini merupakan opsi yang tepat dalam mengembangkan pencaharian baru dan tentunya yang paling penting lagi untuk melindungi fungsi setiap komponen DAS Serayu dalam mencegah erosi, sedangkan bagi PLN IP sendiri tentunya untuk jangka panjang keberlanjutan PLTA Mrica yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan air dari aliran sungai serayu,” ujar Sigit (11/7).

Sementara itu, Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, mengatakan PLN IP terus lakukan inovasi salah satunya melalui program CSR atau TJSL dengan menciptakan CSV bagi korporasi maupun masyarakat sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan ekonomi, sosial, kesehatan dan lingkungan.

“Setiap program TJSL yang dijalankan oleh PLN Indonesia Power diharapkan dapat menciptakan Creating Shared Value (CSV), sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Edwin.

Berada di ketinggian 1300-1500 mdpl, Desa Pegundungan menghasilkan kopi dengan brand Kopi Senggani dengan jenis varian unggulan yaitu arabika yang memiliki cita rasa yang khas dan excellent. Kopi Sengganipun kini dikenal sebagai Kopi Konservasi, yaitu kopi yang dihasilkan dari budidaya kopi dengan mengutamakan pelestarian atau perlindungan kawasan yang diterapkan oleh petani.

Selain mampu mengurangi erosi tanah yang mengakibatkan sedimentasi di waduk Mrica, konsep ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomi bagi petani sekaligus sebagai tempat edukasi budidaya kopi berbasis agro eduwisata di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hadir dalam kegiatan panen kopi dan juga untuk mengetahui bagaimana Kopi Senggani bisa lahir dari tangan para petani kopi di Desa Pegundungan. Panen Kopi ini dilakukan diluasan kebun kopi seluas 44 Ha dengan melibatkan anggota Kelompok Tani Bangkit dengan jumlah 99 orang yang menghasilkan kopi sebanyak 30ton yang akan berlangsung hingga bulan Agustus nanti.

PLN IP Mrica PGU telah melakukan pelatihan dan pendampingan hingga akhirnya bisa menjadikan Desa Pegundungan sebagai Kampung Kopi Konservasi yang merupakan pengembangan dari Program Sekolah Lapangan yang diinisiasi sejak tahun 2009.

Selain untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat, hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga kualitas air dan sedimentasi karena diketahui Desa Pegundungan merupakan salah satu lokasi yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan laju sedimentasi Sungai Serayu.

PS Kuncoro, Senior Manager Mrica PGU, menjelaskan program ini dilakukan secara bertahap dan melalui banyak penelitian sebelum pada akhirnya terwujud Kampung Kopi Konservasi yang berguna bagi lingkungan dan juga kesejahteraan masyarakat.

“Sebelum adanya program kampung kopi konservasi, di Desa Pegundungan ini rata-rata lahannya digunakan untuk menanam kentang dan sayuran, kita tau bahwa ini sangat berpotensi menambah laju sedimentasi,” ujar Kuncoro.

Dari studi yang dilakukan dengan menggandeng para ahli di bidangnya, Mrica PGU bergerak memberikan pelatihan dan pendampingan hingga akhirnya terwujud Desa Pegundungan sebagai Kampung Kopi Konservasi yang merupakan pengembangan dari Program Sekolah Lapangan yang diinisiasi sejak tahun 2009. (RI)