JAKARTA – Pemerintah saat ini tengah mengevaluasi rencana pengembangan (Plan of Development) pelaksanaan Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) di Blok Rokan yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Saat ini proses tender sekaligus seleksi bahan kimia tengah dilakukan oleh PHR. Berdasarkan informasi yang diterima Dunia Energi, ada satu nama perusahaan lokal yang turut bersaing untuk memasok bahan kimia chemical EOR di Rokan yaitu PT Luas Birus Utama.

Kudus Kurniawan, Komisaris PT Luas Birus Utama, mengakui saat ini tengah mengikuti tahap seleksi formulasi bahan kimia yang digelar oleh PHR. Dia optimistis produk bahan kimia Luas Birus mampu bersaing, karena telah melalui proses panjang pemilihan yang awalnya bersaing dengan ratusan perusahaan lain yang rata-rata dari luar negeri.

“Ini sudah sisa tujuh perusahaan, kita satu-satunya perusahaan Indonesia yang ikut. Sekarang tahapan formulasi, trial baru produksi jangka panjang (Full Scale),” kata Kudus disela pelaksanaan Forum Kapasitas Nasional 2023, Jumat (24/11).

Luas Birus Utama atau Starborn Chemical merupakan salah satu pemain utama sebagai pemasok bahan kimia untuk industri migas dengan total kapasitas produksi bahan kimia mencapai 50 ribu ton per tahun.

Kudus mengapresiasi dorongan pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) serta kesadaran para produsen migas yang sekarang juga sudah lebih memperhatikan para pelaku usaha lokal. Keterlibatan Luas Birus dalam proses pemilihan bahan kimia untuk EOR di Rokan ini jadi salah satu tandanya.

“Sebenarnya pemerintah sudah berikan kesempatan besar bukan hanya Luas Birus, kemudian tinggal komitmen local company juga dari sisi pricing strategy harus bisa bersaing. Yang jelas ini sudah sangat menjadi dukungan besar karena sekarang kita sudah bisa ikut tender pengadaan kimia di Rokan,” jelas Kudus.

Seperti diketahui PHR baru saja menyerahkan dokumen PoD pelaksanaan EOR kepada pemerintah. PHR berencana menjalankan CEOR Tahap 1 melalui injeksi perdana surfaktan di Lapangan Minas sekitar akhir 2025 guna memenuhi tata waktu sesuai KKP.

Rencana pelaksanaan EOR Tahap 1 mencakup 37 sumur termasuk sumur produksi, injector, observasi, dan disposal dengan menerapkan konfigurasi sumur berpola 7 spot inverted irregular. Surfaktan dialirkan ke dalam sumur minyak untuk melepaskan sisa-sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan di reservoir. Surfaktan bekerja menurunkan tegangan antar muka antara minyak bumi dengan air sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak bumi.

Transformasi Bisnis

Luas Birus sendiri sekarang tidak hanya fokus dalam penyediaan bahan kimia tapi juga melebarkan bisnis jasa services hulu migas. Transformasi bisnis ini dimulai tiga tahun lalu guna menjawab berbagai kebutuhan industri hulu migas yang juga meningkat.

Salah satu jasa yang saat ini jadi andalan dalam bisnis Luas Birus adalah polimer waste water treatment dan jasa water treatment itu sendiri. “Dan kita itu berdasarkan hasil riset bersama yang dilakukan di Indonesia kita kerjasama dengan kampus peneliti Indonesia,” ujar Kudus.

Luas Birus Utama memiliki EAS (Electric Assisted Simulation) yang merupakan inovasi terbaru yang mengalirkan cairan kimia di dalam reservori sehingga mampu meningkatkan produksi minyak dengan efisien. “Saat ini tingkatkan produksi di dua KKKS. Secara singkat memproduksi natural surfactan di bawah bumi,” ujar Kudus.

Luas Birus juga mulai memasok kebutuhan penyediaan drilling fluid services serta masuk ke bisnis konstruksi. Terbaru Luas Birus terlibat dalam proyek kilang mini LNG.

“Kita juga mulai intrnalisasi mini LNG kita kerjasama dengan Xindi. Kan sudah berhasil Kayan. Meraka akan gandeng kita sebagai partner lokal, dengan handeng luas birus. Nanti kita kerjakan civil works, konstruksi dan procurement sebagian,” jelas Kudus. (RI)