JAKARTA – PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), di sektor hulu secara resmi telah mengajukan perpanjangan kontrak di Blok Pangkah. Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan Blok Pangkah merupakan blok migas yang sedang dipersiapkan operator barunya nanti seiring akan berakhirnya kontrak Saka pada Mei 2026. Saka Energi telah memasukkan proposal perpanjangan kontrak kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

“Yang terminasi Blok Pangkah, Saka sudah memasukan proposal ke SKK Migas dan ditembuskan ke saya untuk dievaluasi perpanjangannya,” kata Arcandra ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (1/10).

Menurut Arcandra, pemerintah tidak butuh waktu lama dalam melakukan evaluasi terhadap proposal yang diajukan Saka. “Selama sesuai aturan kami akan proses secepatnya,” tukasnya.

Tahun lalu, Saka Energi membukukan produksi migas sebesar 49.600 barrel oil equivalent per day (BOEPD) atau lebih rendah dari produksi 2017 sebesar 51,400 BOEPD akibat berakhirnya dua blok produksi, yakni Blok Sanga Sanga dan Southeast Sumatra (SES) pada kuartal III 2018

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan realisasi lifting minyak Saka di Pangkah sepanjang semester I rata-rata hanya sebesar 2.933 barel per hari (bph) atau 52% dari target APBN 2019 sebesar 5.600 bph. Realisasi tersebut juga masih dibawah rata-rata realisasi 2018 sebesar 5.006 bph. Saka sendiri saat menempatai posisi 20 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kontributor lifting nasional dengan rapot merah tertinggi diantara KKKS lainnya.

Pada tahun ini PT Saka Energi Indonesia mengejar penyelesaian dua proyek di Lapangan Sidayu dan West Pangkah. Rencananya dua proyek tersebut akan bisa menambah produksi Saka Energi. Dua proyek tersebut ditargetkan rampung pada kuartal II 2020 dan menambah produksi minyak hingga 7.000 bph dan gas bumi 28 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).(RI)