SANGASANGA, KUTAI KARTANEGARA– Inovasi sosial unggulan Tante Siska atau Tani Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria di Kelurahan Sarijaya, Kecamatan Sangasanga, Kabupate Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur mendapatkan apresiasi banyak kalangan. Program pengembangan masyarakat Subholding Upstream Pertamina Regional Kalimantan Zona 9 Field Sangasanga itu dinilai berhasil merevitalisasi lahan pascatambang batubara untuk meningkatkan taraf sosial-ekonomi masyarakat dengan berbagai inovasi yang telah direplikasi.

“Pak Wakil Gubernur Kalimantan Timur (M Hadi Mulyadi) pernah datang kemari melihat aktivias Kelompok Setaria dan memberi apresiasi terhadap apa yang telah kami lakukan di sini,” ujar Sutrimo, Ketua Kelompok Setaria, mitra binaan Pertamina Field Sangasanga, kepada wartawan di lokasi pengembangan Program Tante Siska, Sabtu (4/12).

Sutrimo mengatakan, banyak kelompok tani lain, baik dari kelurahan/desa di Kecamatan Sangasanga maupun pihak lain seperti mahasiswa dan dosen perguruan tinggi di Kota Balikpapan yang meninjau aktivitas Kelompok Setaria dengan Program Tante Siska. Tidak sedikit juga petani dan kelompok tani membeli beberapa produk inovasi Kelompok Setaria, antara lain pupuk organic Trichoria, pupuk cair berbahan asap cair, handsanitizier Setaria, dan minyak aromaterapi sereh wangi.

“Saat presentasi untuk PROPER pada Kamis (2/12) lalu, Dewan Juri bertanya kepada kami soal inovasi DAMKAR (Alat Destilasi Asap Sekam Bakar. Saya jelaskan semua itu, termasuk awal mula ide pembuatan DAMKAR dan penjualan produknya,” ujar Sutrimo.

Menurut dia, inovasi DAMKAR muncul pada 2020 saat pandemi. Tiap dua hari sekali, Kelompok Setaria memproduksi asap cair dan sekam bakar. “Kami memasukkan sekam padi sebanyak 405 kg ke dalam tungku. Setelah menunggu dua hari dihasilkan asap cair sebanyak 15 liter dan sekam bakar 135 kg,” ujarnya.

Sutrimo mendesain sendiri model DAMKAR. Pembuatan DAMKAR juga mendapatkan masukan dari manajemen Pertamina Zona 9 Field Sangasanga. “Pembuatan alat DAMKAR ini sekitar Rp18 juta, berkat bantuan Pertamina,” ujarnya.

Sutrimo tengah menjelaskan cara kerja DAMKAR. (foto: dudi rahman/dunia energi)

Selain DAMKAR, Kelompok Setaria juga mengembangkan minyak aromaterapi Sereh Wangi. Sutrimo menyebutkan, bahan sereh wangi berasal dari tanaman yang ditanam di areal bekas lahan tambang batubara di Sangasanga. “Awalnya, kami juga mengajukan proposal untuk meminta bibit tanaman sereh ke salah satu perusahaan batubara di sini. Alhamdulillah proposal itu disetujui,” katanya.

Sutrimo bersyukur produk olahan minyak aromateraphy sereh wangi buatan Kelompok Setaria mendapat respons positif. Tidak sedikit pesanan yang datang dari konsumen, termasuk dari petani. “Alhamdulillah, berkat inovasi Tante Siska yang didukung Pertamina Field Sangasanga dengan pengembangan berbagai produk, pendapatan kami meningkat,” katanya.

Gondo Irawan, Senior Manager Pertamina Zona 9 Field Sangasanga, mengatakan pihaknya menggandeng Kelompok Setaria menjadi mitra binaan pada 2019 melalui proses pemetaan sosial dan melihat langsung kesungguhan dan konsistensi calon mitra dalam menjalankan usaha. “Kami melihat Pak Sutrimo dengan Kelompok Setaria sangat serius menjalankan usaha termasuk adanya keinginan kuat untuk melakukan transformasi pertanian menjadi ramah lingkungan,” kata Gondo.

Pada 2019, lanjut Gondo, Pertamina Zona 9 Field Sangasanga baru pada tahap inisiasi dengan mitra binaan dengan benchmark penggemukan ternak. Setahun kemudian program pengembangan berupa pelatihan pengelolaan usaha pupuk organic dan tahun ini adalah pemantapan berupa pelatihan pemutakhiran handsanitizer.

Menurut Gondo, semua program inovasi dibicarakan bersama antara Pertamina dan kelompok, termasuk program pembuatan kemasan pupuk, pengembangan inovasi Damkar, penanaman serewh wangi dan pembangunan rumah pembibitan. “Tahun ini juga kami membaut fasilitas penjemuran pupuk dan transfer pengetahuan KWT di Samboja,” ujarnya.

nggunaan pupuk cair organik karya Kelompok Setaria (foto: dudi rahman/dunia energi)

Secara ekonomi, inovasi Tante Siska memberikan peningkatan pendapatan bagi Kelompok Setaria. Jika pada 2019 pendapatan baru Rp180 juta, hingga akhir Oktober 2021 pendapatan Sutrimo dkk dari usaha Siska mencapai Rp328 juta, naik 82,2%. Dari sisi keanggotan kelompok bertambah menjadi 16 0rang dari sebelumnya 9 orang. “Sedangkan dari pemanfaatan limbah ternak meningkat 424,1% dari 5,4 ton pada 2019 menjadi 27,9 ton sepanjang Januari-Oktober 2021,” katanya.

Gondo bersyukur Program Tante Siska dapat direplikasikan kepada masyarakat. Di level kecamatan Sangasanga, ada lima kelompok yang menerima replikasi pengetahuan dari Kelompok Setaria, yaitu Kelompo Tani Bangsal Wetan, Rukun Tani Sangasanga Dalam, Kelompok Wanita Tani Rosela, Kelompok Wanita Tani Pendingin, dan Kelompok Tani Makmur Lestari.

Di luar kecamatan, Kelompok Setaria juga mereplikasikan pengertahuan kepada KWT Margo Lestari Kecamatan Samboja pada awal Januari 2021 dan di level nasional melalui Webinar FTJS SKK Migas Kalimantan-Sulawesi pada 23 Oktober 2021.

Lastri, Ketua KWT Margo Lestari, mengapresiasi program Tante Siska yang menjadi mitra binaan Pertamina Zona 9 Field Sangasanga. “Kami lebih suka belajar dari Kelompok Setaria karena (Sutrimo) gemar berbagi ilmu,” ujarnya.

Sutrimo juga mengaku senang bila ada warga atau kelompok tani datang ke lokasi Kelompok Setaria. Dia tidak pelit ilmu. Siapapun yang bertanya akan dilayani. “Kami selalu senang dan terbuka untuk berbagi ilmu dengan sesama,” ujar Sutrimo yang tengah menyiapkan kader local hero, yaitu M Hasan dari divisi pengolahan pupuk yang kerap jadi pemateri pelatihan hortikultura dan pengembangan toga. (DR)