JAKARTA – Rencana PT Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk dapat melantai ke bursa saham melalui Initial Public Offering alias IPO diminta untuk dikaji ulang lantaran dinilai terlalu strategis untuk dikelola secara terbuka.

Nusron Wahid Anggota Komisi VI DPR RI, mengungkapkan anak usaha strategis seperti PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Pertamina Patra Niaga tidak pas untuk melantai bursa.

Ada lini bisnis lain Pertamina yang lebih pas untuk IPO, misalnya seperti PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) atau PT Pertamina International Shipping (PIS).

“Upstream sama downstream jangan. Pertama adalah PHE tempat orang produksi minyak, tempat orang mencari produksi minyak, yang kedua adalah Pertamina Patra Niaga tempat orang mendistribusikan minyak,” ujar Nusron (8/12).

Sementara itu, Doni Akbar, Anggota Komisi VI lainnya menilai tidak ada urgensi yang mendasar untuk IPO PHE.

“Secara pribadi belum terasa nyaman apa yang dilakukan PHE untuk IPO karena saya tidak melihat suatu urgensi yang harus dilakukan. Sehingga kalau tidak dilakukan IPO, PHE akan bubar atau jadi masalah tidak. Tidak melihat hal itu,” kata dia.

PHE berencana menawarkan saham perdana ke publik (Initial Public Offering/ IPO) sebesar 10%-15% di bursa saham Indonesia.

Dalam rangka persiapan menuju IPO yang ditargetkan berjalan pada 2023 ini, dia menyebut, PHE telah menyelesaikan laporan keuangan per Juni 2022 dan sertifikasi cadangan yang dimilikinya.

“PHE sudah melakukan registrasi dari OJK dan mulai melakukan market sounding dan jumlah demand dalam melakukan penawaran saham ke publik, PHE bisa menawarkan 10% sampai 15% sahamnya di pasar modal,” ungkap Pahala N Mansury, Wakil Menteri BUMN I.

Pahala mengatakan, rencana IPO PHE ini dilakukan untuk mendiversifikasi sumber pendanaan dalam rangka mengembangkan blok-blok migas, baik di Tanah Air maupun di luar negeri, seperti di Aljazair dan juga bermitra dengan perusahaan global terkemuka lainnya.

Dia menyebut, PHE akan mengeluarkan belanja modal (capital expenditure/ Capex) sebesar US$ 4 miliar – US$ 6 miliar atau sekitar Rp 60 triliun – Rp 90 triliun per tahun.

“Pelaksanaan IPO bisa juga akan meningkatkan diversifikasi pendanaan dari hanya bisa mendapatkan dari Holdingnya Pertamina dan kedepannya kami lihat total capex untuk bisa mengembangkan PHE US$ 4 miliar – 6 miliar atau Rp 60 triliun – 90 triliun. Ini pendanaan yang besar,” kata Pahala. (RI)