JAKARTA –  Realisasi proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW) hingga kini mencapai 8.137 MW atau 23% yang sudah beroperasi. Untuk proyek yang telah memasuki tahap konstruksi 63% atau 18.941 MW.

“Sebagian besar sudah dalam tahap konstruksi. Proyek yang sudah terkontrak, namun belum mulai proses pembangunan mencapai 6.878 MW atau 20%,” ujar Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN, Kamis (18/6).

Menurut Zulkifli, masih ada proyek dalam tahap pengadaan sebesar 829 MW atau 2% dan tahap perencanaan sebesar 734 MW atau 2%. Progress tersebut terdiri dari pembangkit yang dibangun PLN dan produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).

Untuk pembangkit yang dibangun PLN, telah telah diselesaikan pembangunannya dengan total kapasitas 3.488 MW dan telah beroperasi memperkuat sistem kelistrikan. Sedangkan yang masih dalam proses konstruksi sebesar 3.811 MW,, 829 MW dalam tahap pengadaan, dan 734 MW dalam proses perencanaan.

Untuk pembangkit listrik milik swasta yang telah beroperasi sebesar 4.649 MW. Sedangkan yang masih dalam proses konstruksi sebesar 15.130 MW dan yang sudah terkontrak, namun belum memulai proses pembangunan 6.878 MW. “Seluruh proyek dalam program pembangunan ini kami targetkan selesaikan 2025 dengan menyesuaikan demand yang ada,” kata Zulkifli.

Selain itu, PLN juga terus membangun jaringan transmisi dan distribusi guna menyalurkan listrik dari pembangkit ke pelanggan. Hingga akhir kuartal I 2020, Sejak 2015, total panjang jaringan transmisi yang telah beroperasi bertambah 259,3 kilometer sirkuit (kms) dari 59.817 kms pada 2019 menjadi 60.076,3 kms. Penambahan kapasitas gardu induk sebesar 1.660 Mega Volt Ampere (MVA) dari 148.671 MVA pada 2019 menjadi 150.331 MVA.

Dalam proses pembangunan transmisi, tantangan terbesar yang dihadapi PLN adalah proses pembebasan lahan. Selain itu, adanya pandemi covid-19 juga membuat penyediaan material utama transmisi terhambat.

Di sisi jaringan distribusi, khususnya untuk melistriki wilayah terpencil, tantangannya adalah kondisi geografi dan akses yang sulit membuat pengiriman material menjadi lebih sulit dilakukan.(RI)