KUALA SIMPANG – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero)  sekaligus kontraktor kontrak kerja sama di bawah supervisi dan koordinasi SKK Migas, mengatakan sepanjang semester I 2019 mencatatkan kinerja produksi minyak dan gas cukup apik. Hal itu dibuktikan dari  pencapaian produksi minyak dan gas sebesar masing-masing 82.300 barel per hari (bph) dan 968 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).

“Capaian itu masing-masing hampir 99% dari target sebesar 83.000 bph untuk minyak dan 970 mmscfd untuk gas,” ujar Chalid Said Salim, Direktur Operasi dan Produksi Pertamina EP  menjawab Dunia-Energi di sela pelepasliaran tukik tuntong laut (batagur borneonensis) di  muara Sungai Tamiang di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam,  baru-baru ini.

Dibandingkan semester I 2018, capaian  perusahaan pada semester I jauh lebih baik.  Pada semester I 2018produksi minyak Pertamina EP 76.000-77.000 bph. Namun, untuk produksi gas terjadi penurunan jika dibandingkan semester I 2018 yang tercatat 1.000 mmscfd. Penurunan produksi gas terjadi karena ada satu struktur yang secara reservoir management harus diturunkan produksinya. “Itu di Musi Barat, Sumatera Barat, produksinya diturunkan sekitar 44 mmscfd. Untuk gas memang turun,” jelasnya.

Menurut Chalid, dari sisi produksi dan operasional, sepanjang  semester I 2019 perusahaan masih sesuai proyeksi (on track). “Kami mau mengejar di semester II agar lebih baik lagi,” ujar Chalid.

Menurut dia, produksi gas Pertamina EP sebenarnya bisa mencapai target. Namun, pada April 2019 unit bisnis Pertamina EP Asset 3 (wilayah Jawa Bagian Barat)  ada beberapa perusahaan yang tidak menyerap gas yang diproduksi  Pertamina EP.  Karena itu, Pertamina EP harus menurunkan produksi. “Sebenarnya kalau itu terealisasi, produksi gas bisa 100%,” katanya.

Chalid menjelaskan, untuk pekerjaan pengeboran (drilling), dari target 102 pekerjaan Pertamina EP menyelesaikan pengeboran 43 sumur dan sebanyak delapa sumur lainnya tengah berjalan (on going). Menurut dia, agar target pengeboran berjalan sesuai rencana, Pertamina EP menambah perangkat anjungan pengeboran (rig).

“Ada empat rig yang kami tambah, karena ini kontribusinya sangat besar terhadap produksi minyak,” katanya.

Chalid menjelaskan untuk mencapai target produksi tahun ini, Pertamina EP berupaya meminimalkan gap produksi yang ada di semester II. Peningkatan produksi dilakukan dengan dua cara, yaitu  melalui kegiatan pengeboran maupun work over sumur untuk meningkatkan produksi, dan yang kedua menekan penurunan produksi dari sumur yang telah ada.
“Kami akan jaga supaya decline-nya jangan tajam sekali, ini yang kita  jaga terkait dengan keandalan fasilitas, baik itu sumur maupun fasilitas permukaan, jangan sampai ada unplanned shutdown,” tandasnya.

Pertamina EP melakukan production enhancement melalui program enhanced oil recovery (EOR) dan menggunakan teknologi lain terkait lifting, seperti dengan teknologi thermochemical yang diterapkan di Ramba dan Bentayan di Asset I.

“Kalau berhasil itu akan menjadi suatu peluang. Intinya kami selalu cari terobosan-terobosan, kami didukung penuh oleh SKK Migas,” ujarnya.

Chalid menambahkan, Pertamina EP paling banyak melakukan pengeboran di Asset 5, di struktur Bunyu, antara lain  Sembakung dan Sanga-Sanga. Terakhir pengeboran di Sangatta sukses menghasilkan initial production hampir 900 bph.

“Walaupun sekarang sumur hanya berproduksi 250 bph, itu sangat signifikan nilainya dan akan diteruskan mengebor di situ 2-3 sumur lagi sampai akhir tahun,” ujarnya. (DR)