JAKARTA – Realisasi produksi minyak di blok Rokan masih belum mencapai target yang sebenarnya sudah dicanangkan oleh manajemen. Tahun ini Pertamina Hulu Rokan (PHR) ditargetkan bisa memproduksi diatas 170 ribu barel per hari (bph).

“Target produksi paruh pertama tahun 2022 untuk WK Rokan adalah 173,3 ribu bph,” kata Jaffee dalam keterangannya, Senin (8/8).

Dengan target tersebut, ternyata realisasi produksi blok Rokan hingga kini masih belum mencapai target.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan PHR telah melakukan 370 pengeboran atau lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya, yaitu 105 pengeboran sumur dengan eksekusi 15.000 kegiatan Work Over (WO) dan Well Intervention Well Services (WIWS) yang menyerap 60% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk menggerakkan perekonomian nasional.

“Masifnya pengeboran tersebut, otomatis meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif menjadi lebih dua kali lipat dari yang awalnya 9 menjadi 21 rig dan akan terus meningkat menjadi 27 rig hingga triwulan akhir 2022. Demikian juga dengan penggunaan rig WOWS. Di awal alih kelola memanfaatkan 25 rig WOWS, saat ini menjadi 32 rig WOWS dan akan terus meningkat hingga 52 rig WOWS di triwulan 4 pada tahun ini,” paparnya.

Nicke menjelaskan, pengeboran yang telah dilakukan menghasilkan peningkatan produksi migas dari rata-rata 158,7 ribu BPH sebelum alih kelola menjadi 161 ribu BPH saat ini. Volume cadangan pun meningkat dari 320,1 juta BOE pada awal transisi menjadi 370,2 juta BOE setelah satu tahun alih kelola.

“Tak dapat dipungkiri, meskipun kenaikan harga minyak global menyebabkan impact positif untuk Pertamina di bisnis hulu, di sisi lain kondisi ini memberikan tekanan di bisnis penyediaan BBM,” ungkap Nicke.

Hingga Juni 2022, Pertamina mampu meningkatkan produksi migas sebesar 965 ribu BPH dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 850 ribu BPH.

Menurut Nicke, pencapaian tersebut diraih berkat beberapa upaya optimal yang dilakukan para perwira Subholding Upstream. Pertama, peningkatan aktivitas pengeboran dan kerja ulang sebagai upaya optimasi sumur existing. Kedua, peningkatan aktivitas pada fasilitas produksi dan sarana pendukung. Ketiga, implementasi teknologi dan transformasi digital di Subholding Upstream Pertamina.

Salah satu upaya optimal yang ditunjukkan oleh Subholding Upstream adalah keberhasilan Pertamina Hulu Rokan dalam melaksanakan alih kelola Blok Rokan dalam satu tahun terakhir ini.

“PHR mampu melewati proses transisi, mencakup cultural engagement yang meliputi penyesuaian proses bisnis, budaya kerja dan sistem manajemen keselamatan, serta sharing best practice dengan entitas Pertamina lainnya sehingga operasional Blok Rokan berjalan lancar,” ujar Nicke. (RI)