JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan melakukan strategi khusus di bisnis pengolahan dengan mengurangi produksi kilang. Ini dilakukan untuk mengimbangi konsumsi BBM yang turun  drastis pada awal tahun ini dan diprediksi masih terjadi beberapa bulan ke depan.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina,  mengatakan salah satu operasional kilang yang dihentikan sebagian adalah Kilang Balikpapan. Sebagai gantinya Pertamina akan melakukan perawatan kilang dengan mempercepat jadwal plan shutdown.

“Turunkan (produksi) 15% mulai April ini secara bertahap di Kilang Balikpapan, setop baik itu satu atau dua.  Slowdown produksi dan beberapa kilang di shutdown, jadi pemeliharan kami percepat,” kata Nicke dalam video conference, Kamis (16/4).

Menurut Nicke, dengan kondisi saat ini dimana harga minyak dunia turun drastis diiringi dengan penurunan konsumsi BBM maka pengoperasian kilang secara penuh tentu menjadi tidak ekonomis dan justru merugikan perusahaan. Namun penghentian operasi tidak diambil karena posisi Pertamina yang vital lantaran pemberhentian pengoperasian kilang akan berdampak sistemik terhadap perekonomian nasional.

“Kilang kalau hanya keekonomian semua operasional ini ditutup saja, namun demikian Pertamina mempunyai tanggung jawab driver perekonomian nasional. Kami paham ekosistem terkait Pertamina ketika menghentikan produksi, baik di hulu ataupun di kilang maka ekosistem menjadi bola salju. Untuk itu kami tetap balance walaupun secara keekonomian bukan paling baik tapi bagaimana dampaknya operasional Pertamina terhadap perekonomian nasional dan penciptaan lapangan kerja,” ungkap Nicke.

Pertamina lebih memilih untuk melakukan pembelian minyak mentah dan BBM dari luar negeri karena harga minyak dunia sekarang justru lebih ekonomis. Dalam data Pertamina rencana tambahan pengadaan minyak mentah mencapai 10 juta barel sementara rencana tambahan produk minyak yakni BBM jenis RON 92 yakni sebanyak 9,3 juta barel.

Untuk itu Pertamina juga akan mengentikan sementara pembelian minyak mentah domestik, terutama dari para produsen minyak yang produksinya besar seperti dari Chevron Pacific Indonesia dari Blok Rokan dan ExxonMobil yang memproduksi minyak Blok Cepu.

Nicke mengatakan dengan harga minyak dunia sekarang, maka harga minyak dari kedua Chevron dan Exxon justru menjadi lebih mahal.

“Untuk kilang domestik kami serap ada beberapa crude dari sumur domestik. Rokan dan Cepu harganya tinggi sehingga kalau serap ini akan berat Harga Pokok Penjualan (HPP) meningkat tajam. Crude impor ini sedang murah, saat yang tepat stock crude.  Ini kesempatan saat harga minyak turun, kami optimalkan storage yang ada,” kata Nicke.(RI)