JAKARTA– PT Adaro Energy Tbk (ADRO), perusahaan pertambangan batubara dengan aset terbesar di Tanah Air, memperkirakan produksi tahun ini berkisar 52 juta-54 juta ton, ditopang peningkatan nisbah kupas menjadi 4,85 kali dibandingkan tahun lalu 4,45 kali. Tahun lalu, Adaro Energy memproduksi batubara sebanyak 52,64 juta ton atau masih dalam koridor yang diproyeksikan perusahaan sekitar 52 juta-54 juta ton.

Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary and Investor Relations Adaro Energy, mengatakan untuk mencapa target tersebut perseroan memproyeksikan belanja modal sebesar US$ 200 juta-US$ 250 juta. Adapun laba bersih sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sekitar US$ 900 juta hingga US$ 1,1 miliar.

Pada tahun lalu, menurut Mahardika, ada tiga motor pertumbuhannya secara solid. Motor pertumbuhan pertama, yakni pertambangan batubara, dari PT Adaro Indonesia (AI), PT Semesta Centramas (SCM), dan PT Laskar Semesta Alam (LSA) serta PT Lahai Coal. Sepanjang tahun lalu, produks Adaro Energy naik 2% year-on-year (y-o-y).

Adaro juga melakukan pemindahan lapisan penutup sebanyak 234,13 Mbcm pada 2016, atau turun 12% y-o-y. Kendati nisbah kupas gabungan masih di bawah nisbah kupas yang direncanakan pada 4,71x untuk 2016, secara rata-rata angka ini masih dalam rentang nisbah kupas umur tambang dan tidak mempengaruhi cadangan batubara jangka panjang. Nisbah kupas 2016 yang lebih rendah terutama disebabkan oleh musim hujan yang panjang di wilayah operasi perusahaan di Kalimantan Selatan.

Mahardika juga mengatakan Adaro Energy telah mendapatkan financial closure untuk PLTU yang dikelola PT Tanjung Power Indonesia (TPI), anak usaha Adaro Energy, dengan kapasitas terpasang 2×100 megawatt di Kalimantan Selatan pada Januari 2017. Sebagai bukti komitmen dari para sponsor, pekerjaan konstruksi untuk TPI telah dimulai pada Juni 2016, atau enam bulan sebelum mendapatkan financial closure.

“Proyek ini diharapkan mencapai Tanggal Operasi Komersial (COD) pada semester I 2019,” ujar Mahardika dalam keterbukaan informasi perseroan.

Sepanjang 2016, Adaro Energy mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami kenaikan sebesar 119,5% dari US$ 152,44 juta pada 2015 menjadi US$ 334,62 juta pada tahun . Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy, mengatakan raihan ini bisa dicapai justru di tengah kondisi pasar batu bara yang bergejolak.

Sejumlah aksi korporasi yang dilakukan pada 2016 diyakini sebagai motor penggerak kinerja positif perusahaan. Garibaldi menyebutkan, tahun lalu Adaro melakukan penyelesaian keuangan atau financial close atas dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kedua proyek tersebut yakni pembangkit PT Bhimasena Power Indonesia dengan kapasitas 2 x 1.000 Mega Watt (MW) dan pembangkit PT Tanjung Power Indonesia yang berkapasitas 2 x 100 MW.

Garibaldi juga menambahkan, aksi korporasi yang menambah kinerja positif perusahaan adalah akusisi mayoritas terhadap deposit batu bara kokas di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selain itu, lanjut Garibaldi, penerbitan saham baru PT Adaro Indonesia kepada EGAT International Company Limited ia yakini bisa membangun kemitraan strategis jangka panjang.

“Semua ini memperkuat landasan untuk pertumbuhan sektor batu bara dalam jangka panjang. Kami percaya, Adaro berada pada waktu dan tempat yang tepat untuk manfaatkan momentum ini,” ujarnya. (DR)