JAKARTA – PT Pamapersada Nusantara, anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) di sektor kontraktor jasa tambang, hingga Agustus 2016 mencatat produksi batu bara milik klien sebesar 68,9 juta ton, turun 4,8% dibanding periode yang sama tahun lalu 72,4 juta ton. Kondisi yang sama juga terjadi pada pemindahan lapisan tanah penutup (overburden removal) yang turun 10,69% dari 520,6 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 464,9 juta bcm.

Produksi pada Agustus tercatat sebagai produksi batu bara bulan terbesar pada periode delapan bulan pertama tahun ini yang mencapai 10,2 juta ton. Lebih tinggi dibanding periode Juni-Juli yang masing-masing sebesar 8,8 juta ton.

Franciscus X.L Kesuma, Direktur United Tractors, mengatakan produksi batu bara yang dihasilkan Pamapersada sangat tergantung dari rencana produksi para pelanggan. Apabila pelanggan meminta produksi batu bara ditingkatkan, produksi Pamapersada juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Saat ini Pamapersada mengelola kontrak pengelolaan tambang beberapa produsen batu bara sedang dan besar di Indonesia, termasuk di antaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Indonesia, PT Indominco Mandiri, PT Kaltim Prima Coal, PT Kideco Jaya Agung, PT Jembayan Muarabara dan PT Trubaindo Coal Mining.

“Saat ini harga batu bara sudah mulai membaik, harapannya ada peluang bagi pelanggan untuk dapat meningkatkan produksi batu bara mereka di tahun depan,” kata Franciscus.

Harga batu bara yang merujuk pada Harga Batubara Acuan (HBA) terus meningkat dalam tiga bulan terakhir. HBA untuk penjualan langsung (spot) periode Agustus 2016 naik 10,1% menjadi US$58,37 dibanding HBA bulan sebelumnya. Kenaikan HBA Agustus 2016 melanjutkan tren kenaikan HBA pada dua bulan sebelumnya yaitu: pada Juni dan Juli 2016. Namun jika dibanding dengan HBA Agustus 2015 yang mencapai US$ 59,14, HBA pada bulan ini masih turun 1,3% atau US$ 0,77.

Kenaikan HBA Agustus merupakan kenaikan HBA bulanan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kenaikan persentase HBA tertinggi sebelumnya terjadi pada HBA Februari 2011 menjadi US$ 127,05 yang naik sebesar US$ 14,65 atau naik 13% dibandingkan HBA Januari 2011 US$ 112,4. HBA Februari 2011 juga tercatat sebagai HBA tertinggi hingga saat ini sejak HBA diberlakukan.(AT)