JAKARTA – Ledakan dan kebakaran di kilang minyak Pertamina, yang merupakan obyek vital negara secara beruntun dalam satu bulan terakhir sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden bahkan didorong untuk turun tangan. Jokowi diminta mengevaluasi pejabat Komisaris Utama (Komut) dan Direktur Utama (Dirut) Pertamina, agar proses perbaikan sistem kerja di Pertamina dapat berjalan lebih baik. Bahkan penggantian para pejabat tersebut wajar dilakukan.

Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR RI, menyatakan Komut dan Dirut Pertamina sekarang layak diganti karena terbukti tidak mampu membenahi sistem keamanan dan keselamatan di wilayah kerjanya. Padahal keduanya sudah diberi kesempatan berkali-kali. Karena itu agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan, Mulyanto minta Presiden memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengganti Komut dan Dirut Pertamina.

Mulyanto minta Jokowi mengedepankan kepentingan negara dalam menyikapi masalah ini. Jangan karena Komut dan Dirut adalah orang dekat Istana, maka Jokowi tidak berani menindak dan meminta pertanggungjawaban.

“Presiden harus peka bahwa ledakan dan kebakaran di objek vital negara yang terjadi secara beruntun ini bukan sesuatu yang biasa. Kejadian ini harus disikapi dengan serius, karena bisa berdampak pada ketahanan cadangan energi nasional kita. Apalagi sekarang menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana kebutuhan BBM masyarakat akan meningkat karena ada kegiatan rutin tahunan yaitu mudik lebaran,” kata Mulyanto, Senin (3/4).

Mulyanto menyebut sekarang sudah saatnya Jokowi bersikap dan memilih orang yang tepat untuk menempati jabatan Komut dan Dirut Pertamina. Orang tersebut harus paham alur kerja Pertamina, baik secara strategis, manajerial, maupun teknis. Sehingga upaya perbaikan manajemen risiko Pertamina dapat dijalankan dengan baik.

Selain itu pejabat ini harus mampu berkoordinasi dengan institusi TNI dan Polri untuk mengamankan obyek vital negara yang dikelola Pertamina.

“Sudahi pola-pola penunjukan calon pejabat Pertamina berdasarkan asas pertemanan. Di saat umur pemerintahan Jokowi yang tinggal setahun lagi sebaiknya presiden mencari figur yang baik untuk membenahi Pertamina. Semoga dengan pilihan yang tepat itu Jokowi dapat meninggalkan legacy yang baik bagi rakyat Indonesia,” tegas Mulyanto.

Seperti diketahui pada Sabtu malam lalu terjadi ledakan di kilang Dumai. Ada lima pekerja langsung dibawa ke rumah sakit akibat ledakan tersebut. Pihak Pertamina belum memberikan keterangan utuh mengenai kejadian sebenarnya di komplek kilang Dumai. Belum lama ini bahkan terjadi salah satu insiden fatality terburuk dalam sejarah Pertamina dimana ledakan dan kebakaran di Terminal BBM Plumpang merenggut 25 nyawa, bahkan diantaranya ada warga sipil dan anak-anak. Tidak hanya di hilir beberapa insiden fatality sejak awal tahun juga terjadi di unit bisnis lainnya yakni di bisnis hulu Pertamina.

Jatuhnya korban jiwa di bisnis hulu Pertamina bermula di pada awal tahun di blok Rokan pada 18 Januari 2023 seorang pekerja mitra Pertamina Hulu Rokan (PHR)di lokasi rig sumur 5D-28 Kampung Minas Barat, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak.

Insiden selanjutnya terjadi di Adera Field, Pertamina EP. Lagi-lagi seorang pekerja mitra mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia di sumur BNG-34 di Kabupaten PALI, Sumatera Selatan.

Tidak hanya di situ. Kecelakaan kerja juga kembali terjadi di blok Rokan akhir Februari lalu. Tidak tanggung-tanggung kali ini ada tiga pekerja mitra harus kehilangan nyawanya setelah terjatuh ke kontainer limbah. Ketiga korban merupakan pekerja dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), subkontraktor PT PHR di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). (RI)