JAKARTA – Zarubezhneft lewat anak usahanya, ZN Asia Ltd asa Rusia yang memegang 50% hak partisipasi Blok Tuna hampir dipastikan melepas PI-nya. Beberapa perusahaan disebut mulai melirik blok yang kaya akan gas tersebut.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan ada dua perusahaan besar yang menyatakan ketertarikannya untuk ambil bagian dalam pengembangan blok Tuna gantikan ZN.

“Saya kira Petronas tertarik, Mubadala tertarik, ya kita lihat, marketnya sudah bagus, environmentnya juga bagus,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas di Kementerian ESDM, Senin (4/9).

Dia menuturkan ZN sudah membuka data room bagi para perusahaan peminat. “Blok Tuna sekarang sedang (open) data room untuk divestasinya ZN Rusia,” ujar Dwi.

ZN bermitra dengan Premier Oil Tuna BV (Harbour Energy Group), perusahaan migas asal Inggris, yang bertindak sebagai operator dengan hak partisipasi 50%.

Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd) dimana produksinya nanti bakal langsung diekspor ke Vietnam melalui jaringan pipa. Gas tuna langsung diekspor karena jaraknya lebih dekat ke Vietnam, sementara jika membangun infrastruktur menuju ke wilayah terdekat tanah air juga akan memakan biaya jauh lebih besar sehinga nantinya bakal berdampak pada harga dan penyerapan gasnya.

Investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun. Perkiraan biaya investasi untuk pengembangan Lapangan Tuna terdiri atas investasi (di luar sunk cost) sebesar US$1,05 miliar, investasi terkait biaya operasi sampai dengan economic limit sebesar US$2,02 miliar, dan biaya abandonment and site restoration (ASR) sebesar US$147,59 juta. (RI)