JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan kilang baru atau New Grass Root Refinery (NGRR) yang akan dibangun perusahaan hanya satu yakni kilang Tuban. Perseroan kini tidak lagi berniat untuk membangun GRR, meskipun sebenarnya satu GRR sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diperintahkan Presiden Joko Widodo.

Prayitno, Vice President Strategic Planning Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional, mengungkapkan setelah kerja sama dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) perusahaan migas asal Oman untuk membangun GRR Bontang berakhir, maka proyek tersebut diputuskan tidak dilanjutkan.

“Yang saya pahami rencana kerja sama yang dulu sudah diputuskan tidak berlanjut, Kilang baru di Tuban,” kata Prayitno dalam diskusi virtual, Kamis (21/1).

Soerjaningsih, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM, sebelumnya mengatakan sejak berakhirnya kerja sama Pertamina dengan mitra, saat ini status Kilang Bontang masih dalam kajian.

“Ada kerja sama yang berakhir,  dan ada masalah lokasi lahan yang dimiliki Pertamina tidak mencukupi. Masih dalam kajian khusus,” ujar Soerjaningsih.

Kilang Bontang sebelumnya adalah bagian dari enam mega proyek Pertamina yang terdiri dari empat pengembangan kilang eksisting yakni RDMP serta dua kilang baru Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan Bontang.

Dalam road map pembangunan kilang sebelumnya, Pertamina menjadwalkan Kilang Bontang rampung pada 2026 dengan total investasi antara US$10 miliar-US$15 miliar.

Pertamina bahkan rela memiliki share atau saha jauh lebih kecil di kilang Bontang atau hanya 10% sementara sisanya dikuasai oleh OOG. Tapi tidak ada angin tak ada hujan kabar tidak berlanjutnya kerjasama kedua perusahaan akhirnya dikonfirmasi sendiri oleh Pertamina pada tahun lalu.

Soerjaningsih mengungkapkan pembangunan kilang baru Bontang kembali dikaji ulang sejak berakhirnya tenggat waktu kesepakatan untuk mengkaji bersama Kilang Bontang antara PT Pertamina (Persero) yang mendapatkan tugas membangun kilang dari pemerintah dengan OOG Oman pada 2019 lalu. Pemerintah pun memberi restu bagi Pertamina untuk tidak melanjutkan pembangunan kilang dalam waktu dekat dan mendorong perusahaan fokus ke proyek kilang lainnya.

Salah satu faktor batalnya pembangunan kilang tersebut antara lain adalah kurangnya lahan yang dibutuhkan untuk mendirikan kilang di Bontang.

Soerjaningsih mengatakan seyogyanya kilang akan dibangun di atas lahan pemerintah, namun lahan yang sudah disiapkan ternyata tidak cukup.

“Memang sudah disampaikan bahwa ada kerja sama yang kemudian berakhir dengan partner. Selain itu ada persoalan lokasi lahan di Bontang yang dimiliki pemerintah itu sebenarnya nggak cukup,” kata Soejaningsih.

Selain itu tanpa kilang Bontang, kebutuhan BBM dalam negeri juga masih bisa terpenuhi dari fasilitas kilanb lainnya. “Gasoline impor kita saat ini masih  tinggi,  namun demikian dengan onstream-nya tahap I 2022 kilang Balikpapan disusul beberapa kilang itu, pada tahun 2020 kita masih ada impor. Dengan kilang GRR Tuban impor masih ada tapi tidak terlalu besar,” kata Soerjaningsih.(RI)