JAKARTA – Langkah strategis yang akan diambil PT Pertamina (Persero), termasuk share down aset hulu minyak dan gas diharapkan tidak hanya menyelamatkan kondisi keuangan perseroan, namun sekaligus bisa meningkatkan produksi dan cadangan migas nasional.

“Diharapkan dapat melakukan upaya yang lebih agresif dalam eksplorasi, mencari cadangan hulu migas yang baru, dan lebih efisien dalam melaksanakan program kerja di hulu migas,” ujar Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) di Jakarta, Kamis (19/7).

Blok Mahakam merupakan salah satu aset Pertamina yang akan dilepas sebagian hak partisipasinya.

Menurut Wisnu, kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno tentu sudah melalui pertimbangan matang dan menjadi jalan terbaik.

“Kami berharap langkah tersebut dapat meningkatkan kinerja Pertamina, khususnya di wilayah kerja hulu migas. Serta secara signifikan dapat mendorong peningkatan produksi minyak dan gas bumi nasional” kata dia.

Surat yang ditandatangani Menteri BUMN Rini Soemarno pada 29 Juni 2018 menyebutkan, pemerintah menyetujui rencana direksi Pertamina untuk mempertahankan dan menyelamatkan kesehatan keuangan Pertamina dengan sharedown aset-aset hulu selektif (termasuk namun tidak terbatas pada Participating Interest, saham kepemilikan dan bentuk lain) dengan tetap menjaga  pengendalian Pertamina untuk aset-aset strategis dan mencari mitra kredibel dan diupayakan memperoleh nilai strategis lain.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, saat dikonfirmasi, Kamis, mengatakan sharedown aset merupakan aksi korporasi yang lumrah dilakukan, apalagi di sektor hulu migas.

Share down itu kan kemarin kami sampaikan, WK (wilayah kerja migas) banyak, ada delapan WK terminasi sudah diberikan 100%. Kami juga mau mengurangi risiko, dan siap berpartner. Di hulu itu sangat biasa orang berpartner, bukan sesuatu yang aneh,” ungkap Syamsu.

Namun dia belum mau membeberkan aset mana saja yang dipastikan akan di share down.

“Saya tidak  bisa share karena itu masalah strategi Pertamina. Tapi kan kalau Mahakam, sudah berkali-kali saya sampaikan. Untuk delapan WK yang kemarin, kami juga siap (partner),” tegas Syamsu.

Dia menuturkan Pertamina sudah berkali-kali melakukan kegiatan farm in dan farm out. Artinya pemegang saham sudah  berulang kali menyetujui aksi tersebut.

“Untuk beberapa aksi korporasi, termasuk share down memang ada beberapa izin sampai pemegang saham,” ungkap Syamsu.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, menegaskan sejjak awal pemerintah sudah memberikan lampu hijau kepada Pertamina untuk melakukan share down, misalnya untuk pengelolaan blok Mahakam.

“Mahakam itu kan sejak awal pemerintah mempersilakan Pertamina share down kepada kontraktor eksisting. Kontraktor eksisting itu kan Total dan Inpex. Total nampaknya tidak berminat, Inpex masih berminat. Nah, silakan untuk berdiskusi,” kata Djoko.

Menurut Djoko, ada sejumlah dampak positif jika Pertamina berpartner mengelola WK migas. Pertama, Pertamina akan mendapatkan sumber dana untuk melakukan investasi pengeboran dan pencarian cadangan baru. Kalau dilakukan secara mandiri, Pertamina harus menggelontorkan dana besar yang berasal dari internal perusahaan. Padahal, Pertamina juga perlu dana untuk mengimpor crude, BBM, dan LPG. Kalau dana itu diambil untuk investasi di hulu seperti di Mahakam, maka dana untuk keperluan yang lain menjadi berkurang.

“Makanya, untuk kegiatan upstream Pertamina diperkenankan untuk share down. Tujuannya adalah memperoleh dana untuk melakukan investasi di upstream, untuk meningkatkan atau mempertahankan produksi maupun penemuan cadangan baru,” kata Djoko.(RI)