JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengklaim penuntasan persoalan lahan pembangunan Kilang Tuban sudah memasuki tahap akhir. Lelin Aprianto, Senior Vice President (SVP) Health Safe Safety Environment (HSSE) Pertamina, menegaskan Pertamina tetap melakukan pembebasan lahan dengan metode pendekatan persuasif kepada masyarakat. Meskipun sempat mengalami sedikit masalah di awal pembahasan, saat ini hanya tinggal beberapa kepala keluarga pemilik lahan yang masih menolak tanah dibebaskan.

“Sudah mau selesai, tunggu saja tersisa dua orang lagi saja,” kata Lelin kepada Dunia Energi, baru-baru ini.

Menurut Lelin, seiring progress negosiasi yang sekarang masih dijalani, Pertamina optimistis penyelesaian lahan akan selesai pada bulan ini. “Ini masalah waktu saja, tidak sampai bulan depan sih harusnya (selesai),” ungkapnya.

Pertamina membutuhkan lahan untuk kilang Tuban seluas 800 hektar. Sekitar 300 hektar merupakan lahan masyarakat yang harus dibebaskan.

Lelin mengatakan, pada dasarnya Pertamina memahami kegusaran warga yang telah lama hidup di desa tanpa kehadiran pembangunan kilang. Namun Pertamina dalam negosiasi memberikan gambaran betapa pentingnya fungsi kilang, tidak hanya untuk masyarakat sekitar lahan yang bisa merasakan manfaat secara ekonomi, tapi juga seluruh masyarakat.

“Sebetulnya wajar saja, karena sejak lama di desa kan jadi petani. Kalau jadi kilang (lahannya), yang dicangkul apa, hanya kalau itu tidak dijelaskan kan nanti mereka piker, wah saya tidak bisa cangkul lagi. Kami kan banyak cara untuk menjelaskan bahwa kehadiran Pertamina bukan untuk menjadikan warga sengsara,” papar Lelin.

Saat ini Pertamina kata Lelin masih berkoordinasi secara intensif dengan perwakilan Badan Pertanahan Nasional (BPN) di daerah. Pasalnya, proses pembebasan lahan tetap melalui BPN. Nantinya BPN yang akan memutuskan lokasi tanah yang akan dibebaskan.

“Sesuai dengan UU yang bayarin Pemda di BPN, jadi ke tim Pemda dulu. Tim pembebasan tanah kan Pemda, kami merangkul,” kata Lelin.

Kilang Tuban merupakan kilang baru dengan kapasitas 300 ribu barel per hari (bph). Dalam membangun kilang baru tersebut, Pertamina bekerja sama dengan Rosneft, perusahaan minyak asal Rusia.

Kilang akan dikelola Pertamina-Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), perusahaan patungan Pertamina dengan Rosneft. Kilang Tuban akan menghasilkan berbagai produk BBM seperti gasoline sebesar 80 ribu bph, solar 99 ribu bph dan avtur 26 ribu bph.

Untuk produk baru petrokimia adalah polypropylene 1,3 juta ton per tahun, polyethylene 0,65 juta ton per tahun, styrene 0,5 juta ton per tahun dan parakselen 1,3 juta ton per tahun.

Akibat permasalahan lahan ini, kilang Tuban sempat diwacanakan untuk dipindah lokasinya ke Situbondo. Namun setelah dievaluasi ternyata lokasi Situbondo juga wilayah yang tidak mudah dijadikan lokasi pembangunan kilang. Salah satu alasan utamanya adalah Situbondo ternyata berdekatan dengan area latihan militer dan berdekatan dengan lokasi Gunung Ijen.(RI)