JAKARTA – PT Pertamina Patra Niaga (PPN), Subholding Commercial and Trading Pertamina, menargetkan tidak ada penurunan dalam raihan PROPER Emas tahun 2022. Tanggung jawab besar untuk mendistribusikan produk minyak bumi Pertamina berupa BBM dan non-BBM tidak menghalangi perusahaan untuk turut fokus juga ikut berperan dalam pengembangan masyarakat dan lingkungan.

TP Pasaribu, Vice President HSSE PPN, menjelaskan untuk tahun ini seluruh unit usaha di bawah Subholding C&T ditargetkan minimal mendapatkan PROPER Hijau. “Kami ada 105 terminal BBM, rasanya tahun ini tidak jauh berbeda. Untuk tahun ini targetnya minimal pertahankan 11 emas, 46 hijau. Tetap tidak ada yang merah maupun biru, ini tantangan buat kami. Minimal lolos dari peringkat biru,” kata Pasaribu  saat berbicara pada webinar DE Talks bertema “Pelajaran Emas dari Peraih PROPER Emas 2021” yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (22/2).

Dia menambahkan berbagai daerah operasi dan infrastruktur yang menyebar hingga ke daerah pelosok tentu juga membuat manajemen harus mempersiapkan berbagai program pengembangan masyarakat dan lingkungan yang sesuai dengan wilayah sekitar operasi. Salah satu strategi yang kini diusung PPN, kata Pasaribu, yakni dengan memadukan kepentingan lingkungan dan digitalisasi.

“Saat ini kami sedang bangun jaringan enviromentaly, melalui aplikasi HSSE integrated monitoring system,” ungkap dia.

Selain itu, tambah Pasaribu, manajemen juga akan meningkatkan kualitas dari nilai Life Cycle Assesment (LCA) yang jadi salah satu komponen penilaian baru di PROPER.  Dari sisi manajemen juga akan ditingkatkan kesadaran akan pentingnya untuk tumbuh bersama lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan.

“Kami akan perkuat kajian LCA. Kami coba pastikan semua operasi berjalan aman, kerjasama dengan stakeholder juga penting. PROPER  ini objeknya adalah teman-teman di operasi. Kami pastikan teman-teman operasi terlibat dan tidak hanya menjadi objek. Peran leader menjadi penting, komunikasi efektif juga penting,” jelas Pasaribu.

Pasaribu menjelaskan strategi dan target pencapaian proper emas PPN Group. Pertama adalah dengan komitmen kepemimpinan untuk pembangunan berkelanjutan, penguatan aspek ketaatan  beyond compliance, penguatan inovasi sumber daya alam dari kajian LCA, program dan inovasi pengembangan masyarakat. “Dan tanggap darurat yang memberikan nilai tambah bagi penerima manfaat,” ujar dia.

Inovasi sosial unggulan PPN sepanjang tahun 2021 diantaranya Dreamable – FT Bandung Group, Nawacita – FT Cikampek, Difabelpreuener – FT Boyolali, Ksatria – FT Maos, Batik asrob – FT Rewulu, Mangrove Edupark – IT Semarang, Zero waste  batik – FT Tuban, Temu Setara – DPPU Ngurah Rai, Ekoparian Geblak – IT Surabaya, Patra wonderfood – IT Balikpapan, Probiotik Sinbiotik – DPPU Hasanudin.

Sigit Relianto, Dirjen Pengendalian Pelestarian dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menuturkan peningkatan penggunaan metode LCA memang perlu ditempuh para perusahaan. “Belum banyak peluang teman teman perusahaan utk manfaatkan maksimal metode LCA utk lakukan perbaikan, baru lingkup unit dan belum ke seluruh supply chain,” paparnya.

Menurut Sigit, hingga kini perusahaan masih menggunakan pendekatan lebih ke CSR konvensional, aliran informasi, resources masih lebih banyak mengalir dari perusahaan ke masyaralkat. Belum banyak program yang menggunakan Creating Shared Value (CSV), win win solutions antara perusahaan dan masyarakat.

Dia menambahkan ke depan pemerintah akan mendorong perbaikan kegiatan inovasi sosial dalam pola penyusunannya karena yang disampaikan masih redundant (berulang), antara melaporkan program community development dan inovasi sosial. Yang ditekankan di inovasi sosial adalah manajamen perubahan, akar masalahnya apa kemudian kebutuhan masyarakat itu apa kemudian resources apa yang bisa diberikan oleh perusahaan kemudian di-breakdown menjadi activities. Selanjutnya, outcome-nya diukur dengan inovasi sosial. “Ada cara baru yang berbeda dari cara lama, ada penguatan masyarakat, terbentuk suatu komunitas yang inklusif karena bukan dari kalangan elit. Optimalkan kajian LCA, reframe inovasi sosial terutama untuk inovasi sosialnya.,” ungkap Sigit. (RI)