JAKARTA – Bisnis hilir PT Pertamina (Persero) dipastikan akan bertransformasi dan berubah. Tidak melulu menjual produk minyak bumi seperti BBM maupun pelumas tapi produk kelistrikan juga akan menjadi bisnis utama perseroan di masa depan.

Alfian Nasution, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga – Subholding Commercial and Trading Pertamina, mengungkapkan salah satu bisnis masa depan Pertamina adalah charging station atau tempat mengisi daya kendaraan listrik maupun pusat penukaran baterai kendaraan listrik.

Saat ini sudah tersedia total enam Charging Station yang tersebar di empat lokasi di Jakarta dan dua lokasi di Banten. Detail lokasinya, yaitu SPBU Fatmawati, Jakarta Selatan, SPBU MT Haryono, Jakarta Selatan, SPBU Lenteng Agung, Jakarta Selatan, SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, SPBU Soekarno Hatta, Tangerang, dan Kantor BPPT Serpong, Tangerang.

Alfian menjelaskan bahwa Pertamina tahun ini fokus dalam proses pilot komersial untuk mendapatkan bisnis model yang paling tepat untuk Pertamina dan masyarakat. Ke depan Pertamina menargetkan untuk menyediakan sedikitnya 162 unit charging station.

“Tentu saja Pertamina sebagai BUMN energi primer di Indonesia selalu mendukung program pemerintah untuk mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik, Pertamina memiliki target untuk menyediakan 162 unit Charging Station pada tahun 2026,” kata Alfian dalam keterangannya, Senin (28/2).

Menurut dia saat ini tantangan pengembangan Charging Station adalah keekonomian dari bisnis yang belum baik yang terutama dipengaruhi oleh masih rendahnya penggunaan KBLBB (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) roda empat di Indonesia.

Untuk itu dibutuhkan sinergi dari semua pihak terkait, baik dari Pemerintah, pabrikan kendaraan listrik, Badan Usaha Charging Station dan pihak swasta untuk sama-sama berkomitmen meningkatkan ekosistem KBLBB di Indonesia.

“Harapan kami Charging Station ini akan menjadi salah satu bisnis baru Pertamina yang akan berkontribusi baik untuk perusahaan dan lingkungan,” jelas Alfian.

Sebelumnya Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menegaskan harus ada skema yang jelas agar kendaraan listrik bisa diakses semua lapisan masyarakat. Untuk itu kuncinya adalah keterjangkauan harga.

Menurut dia, listrik murah bukanlah jawaban utama, melainkan juga harus dilihat dari sisi kendaraan mau komponen pendukung lainnya.

“Gimana ada skema yang affordable biar masyarakat bisa mengakses EV-nya (Electric Vehicle ini. Bukan listriknya aja yang murah. Tapi motor dan mobilnya ini musti murah. Belum tentu di rumahnya bisa ngecharge. Banyak listriknya yang masih disubsidi. Nggak cuma butuh charging station, tapi baterai swap. Nah, affordably (terjangkau) ini yang penting,” jelas Nicke

Saat ini Pertamina bersama Electrum, Gogoro, dan Gesits tengah memperluas uji coba komersial penggunaan kendaraan listrik roda dua yang akan terus dikembangkan secara bertahap hingga ribuan unit di sepanjang tahun 2022.

Hasil uji coba akan dimanfaatkan antara lain sebagai landasan rencana bisnis Electrum. Perusahaan gabungan Gojek dan TBS ini sudah memiliki rencana membangun manufaktur motor listrik, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, dan pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.

Electrum akan bertindak sebagai integrator dan pengembang ekosistem kendaraan listrik, dengan memanfaatkan kehadiran Gojek di Indonesia dan keahlian TBS di sektor energi. Sementara, Pertamina lewat Pertamina Patra Niaga akan menyediakan stasiun penukaran baterai motor listrik di berbagai SPBU yang tersebar di kawasan Jakarta Selatan. Hal ini didukung oleh Gogoro sebagai penyedia inovasi teknologi penukaran baterai dan motor listrik, dan Gesits menyediakan motor listrik beserta infrastrukturnya. (RI)