JAKARTA – Adanya wacana penghapusan BBM dengan RON 90, Pertalite dinilai tidak akan serta merta membuat BBM yang dijual Pertamina yang diproduksi di dalam negeri langsung memenuhi standar mutu terbaik terhadap lingkungan, lantaran infrastruktur yang belum siap.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan jika memang yang dikejar adalah BBM ramah lingkungan yang diproduksi di dalam negeri maka Indonesia harus bersabar sampai program Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina di Kilang Balikpapan rampung secara keseluruhan.

“RON-nya kan rendah ke-dua, tapi kan pertamina akhir 2024 dan awal 2025 itu bisa mencapai Euro 5 itu 10 PPM itu bisa loh yang di Balikpapan (RDMP Fase II). Nah sekarang itu baru (sulfur) 500 PPM kan, masih dibawahnya itu, tapi akhir 2024, atau paling tidak awal 2025 itu bisa Euro 5 itu tunggu selesai RDMP Balikpapan,” ungkap Tutuka ditemui disela Indonesia Sustainability Forum di Jakarta, Kamis (7/9).

Menurut Tutuka penghapusan Pertalite bukanlah solusi utama dan terakhir dalam meningkatkan kualitas BBM agar lebih ramah lingkungan. Karena jika tujuan penghapusan Pertalite adalah demi menurunkan emisi tapi kemampuan memproduksi BBM ramah lingkungan belum ada maka akan timbul beban baru yaitu impor BBM kualitas Euro 5 dengan harga sangat tinggi.

Arah kebijakan Pertamina kata dia sudah tepat dengan secara perlahan memperbaiki kualitas BBM. “Pertamina sudah inline supaya tidak polusi seperti ini sekarang,” ujarnya.

Lebih lanjut penghapusan Pertalite juga bukan keputusan Memenuhi ESDM saja. Karena harus dibahas sampai ke tingkat presiden bersama dengan Kementerian lain. “Ini harus ada pertimbangan ekonomi dan sosial dan itu tidak bisa dari Kementerian ESDM saja, harus ada kementerian lain,” ungkap Tutuka.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 tentang batas emisi setara Euro 4, spesifikasi bahan bakar Euro 4 yakni RON minimal 91, bebas timbal dan kandungan sulfurnya maksimum 50 ppm.

Saat ini BBM produk Pertamina yang mendekati spesifikasi Euro 4 berdasarkan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017 Pertamax Turbo paling mendekati walau angka RON-nya lebih tinggi.

Pertamax sendiri bukan bensin yang sesuai spesifikasi Euro 4 di Indonesia. Spesifikasi Pertamax yakni warna biru, memiliki RON 92, sulfur 500 ppm, sulfur merkaptan 20 ppm, timbal 0,013 gram per liter, kandungan pewarna 0,13 gram per 100 liter, dan stabilitas oksidasi minimal 480 menit.

Sementara Pertalite yang kualitasnya lebih rendah juga bukan jenis bensin sesuai Euro 4. Spesifikasi Pertalite yakni warna hijau, RON 90, kandungan sulfur maksimal 500 ppm, sulfur merkaptan maksimal 20 ppm, tanpa timbal, kandungan logam mangan maksimal 1 miligram per liter, kandungan logam besi maksimal 1 miligram per liter, dan stabilitas oksidasi 360 menit.

Sebelumnya Pertamina sempat menyatakan bakal menghapus BBM RON 90 atau Pertalite mulai tahun 2024. Nantinya BBM yang memiliki RON paling rendah adalah Pertamax dengan RON 92. Ini bisa diartikan bahwa Pemerintah bakal memberikan subsidi ke BBM RON 92 yang akan jadi BBM dengan RON terendah.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan rencana itu memang jadi salah satu road map yang sudah disepakati dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas BBM yang dijual ke masyarakat.

“Kita dulu dua tahun dulu mulai program langit biru. Program pertama adalah menaikan BBM subsidi dari Ron 88 menjadi RON 90. Ini kita lanjutkan sesuai dengan rencana program langit biru tahap dua dimana BBM subsidi kita naikan dari RON 90 ke RON 92. Karena aturan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) itu menyatakan oktan number yang boleh dijual di Indonesia itu minimum 91,” kata Nicke dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8). (RI)