JAKARTA– Aktivis perempuan bidang lingkungan hidup memanfaatkan platform digital untuk berbagi pembelajaran dan meningkatkan nilai tambah dari berbagai komoditas ramah lingkungan yang mereka hasilkan bersama kelompoknya. Melalui platform digital, aktivis perempuan dapat menunjukkan bagaimana komoditas ramah lingkungan diproduksi, serta menekankan manfaat dan nilai tambah dari produk-produk ini, baik dari segi lingkungan maupun sosial.

Platform digital memberi mereka cara dalam memasarkan produk-produk ramah lingkungan kepada khalayak yang lebih luas, termasuk penggunaan media sosial, website, dan e-commerce. Aktivis perempuan juga membangun kolaborasi dengan aktivis lain, organisasi non-pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya.

Demikian pendapat yang mengemuka dalam webinar “Indonesia Berbagi” yang diselenggarakan Klaster Intreraksi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Sosial Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) Universitas Indonesia bertajuk ‘Kiprah Aktivis Perempuan Bidang Lingkungan di Era Digital’, yang diselenggarakan Senin (27/11/2023).

Hadir sebagai pembicara webinar Rita Ayuwandari, Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Wangi dari Desa Dataran Kempas, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Kelompok ini memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya jahe merah sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Pembicara lain pada webinar itu adalah Menik Dwi Wahyuni, Ketua KWT Goodfarm dari Kelurahan Pakujaya, Kota Tangerang Selatan, Banten. KWT Goodfarm mengembangkan urban farming untuk penghijauan lingkungan.

Rita menjelaskan kegiatan yang dilakukan KWT Mekar Wangi merupakan bagian dari program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang dilaksanakan oleh PT Wirakarya Sakti, APP Group. Dia bersyukur hidup di era digital yang bisa memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Grup WA untuk memperluas jejaring. Melalui media sosial, KWR Mekar Wangi bisa saling berbagi pembelajaran dengan kelompok-kelompok lain di seluruh Indonesia. Media sosial juga menjadi sarana untuk memperluas jaringan pemasaran. “Untuk pemasaran kami juga memanfaatkan market place seperti Shopee dan Tokopedia, selain toko offline,” kata Rita.

KWT Mekar Wangi mengolah jahe merah yang diproduksinya menjadi serbuk minuman. Omzetnya bisa mencapai Rp42 juta per bulan. Rita menyatakan sejak KWT Mekar Wangi terbentuk pada 2017, pendapatan para ibu yang menjadi anggotanya pun meningkat. “Banyak KWT dari desa lain juga terinspirasi,” katanya.

Pembicara lain yang hadir pada webinar itu adalah Menik Dwi Wahyuni, Ketua KWT Goodfarm dari Kelurahan Pakujaya, Kota Tangerang Selatan, Banten. KWT Goodfarm mengembangkan urban farming untuk penghijauan lingkungan. “Kami memulainya secara swadaya. Kemudian pada 2022 kami bergabung dalam program CSR PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP),” ujar Menik.

Saat pertama memulai, KWT Goodfarm memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar perumahan untuk budidaya berbagai tanaman hortikultura. Setelah ada binaan dari program CSR IKPP, KWT Goodfarm mulai melakukan budidaya dengan teknik hidroponik. “Kami mendapat bantuan instalasi hidroponik dan juga pelatihan untuk budidaya, pengolahan, dan pemasarannya,” katanya.

Menik menjelaskan, teknik hidroponik lebih ramah lingkungan karena menghindari penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Selain itu dari segi rasa dan kandungan nutrisi, produk hidroponik juga lebih unggul ketimbang produk yang dihasilkan dari pertanian konvensional.

Saat ini KWT Goodfarm telah melakukan pertanian hidroponik dengan jumlah lubang tanam mencapai 1200 buah. Sementara lahan pertanian konvensional yang dikelola mencapai 1600 m2.

Untuk produk yang dihasilkan, selain komoditas hortikultura segar, juga dihasilkan berbagai olahan seperti minuman daun kelor yang dicampur oatmeal, makanan ringan berbahan sayuran, dan banyak lagi. Dari sisi pendapatan, awalnya KWT Goodfarm hanya memiliki omset sebesar Rp500 ribu per bulan. Namun kini pendapatannya telah mencapai Rp5 juta per bulan.

Menik menyatakan, KWT Goodfarm juga akan memanfaatkan platform digital untuk memperluas jaringan pemasaran. Saat ini yang sedang disiapkan adalah memenuhi standardisasi produk dengan bimbingan CRS IKPP.

KWT Goodfarm juga telah mencapai sejumlah prestasi diantaranya adalah menjadi Juara untuk penghargaan program Kampung Iklim dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Kalau dulu kami bercocok tanam hanya untuk menyalurkan hobi, kini kami berbangga hati karena kegiatan kami juga menambah area hijau yang bermanfaat untuk lingkungan dan bumi,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara Fachruddin Tukuboya yang menjadi moderator pada webinar tersebut menyatakan apa yang dilakukan oleh KWT Goodfarm dan KWT Mekar Wangi sangat menginsipirasi bagi aktivitas lingkungan wanita lainnya. Fachruddin juga menyatakan program CSR yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberdayakan kedua KWT itu bisa menjadi contoh untuk program CSR perusahaan lainnya. (DR)