JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memiliki proyek prestisius yakni pengembangan empat kilang eksisting serta satu pembangunan kilang. Belum lagi dengan satu proyek kilang baru yang kembali masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional, yakni Kilang Bontang.

Harry Poernomo, mantan Direktur Hilir Pertamina periode 2003-2004, mengatakan seluruh proyek kilang Pertamina harus dikaji ulang karena adanya perkembangan kendaraan listrik yang diperkirakan akan masif dalam beberapa tahun ke depan. Jika proyek kilang Pertamina hanya berorientasi pada mengolah minyak untuk produksi BBM maka besar kemungkinan Pertamina akan mengalami kerugian besar.

“Semua proyek kilang BBM harus dikaji ulang agar kelak tidak mubazir. Perkembangan mobil listrik kelihatannya sangat agresif berarti akan mengurangi konsumsi premium atau pertamax series,” kata Harry kepda Dunia Energi, Jumat (25/12).

Pertamina sudah menyatakan akan membangun kilang baru yang bisa diintegrasikan dengan petrokimia (Petrochemical). Kilang baru tersebut adalah kilang Tuban.

Namun menurut Harry sebenarnya jika hanya mau membangun komplek petrokimia,  cukup mengintegrasikan dengan kilang yang sudah ada.

“Tidak perlu membangun kilang baru. Kilang yang ada di upgrade saja, baik untuk meningkatkan produksi BBM maupun untuk bahan baku petrokimia,” ungkap Harry.

Hingga saat ini kilang Tuban masih belum ada tanda-tanda pengerjaan fisik. Hampir dua tahun iprogress pembangunan kilang Tuban terhenti akibat belum selesainya pembebasan tanah warga. Kilang Tuban yang dibangun hasil kerja sama dengan Robert diperkirakan membutuhkan lahan mencapai 800 hektare, sebagian lahan merupakan milik masyarakat dan sebagian di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Untuk lahan yang dikuasai KLHK pembebasan lahannya telah selesai pada Mei 2020. Kini sisa lahan yang masih belum dibebaskan adalah milik rakyat.

Pertamina telah mengerjakan desain rekayasa dasar (basic engineering design/BED) Proyek Kilang Tuban yang juga ditargetkan rampung pada Desember 2020. Adapun nilai investasi kilang baru ini mencapai US$16 miliar.

Proyek Kilang Tuban dikerjakan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) yang dibentuk Pertamina dan Rosneft Oil Company sejak Oktober 2016. Perusahaan patungan ini akan mengerjakan dan mengelola Kilang Tubang dengan kepemilikan saham Pertamina sebanyak 55% dan Rosneft 45%.

Proyek Kilang Tuban direncanakan memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300 ribu barel minyak per hari (bph). Kilang ini akan menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan dengan kualitas Euro V, yakni bensin sebesar 80 ribu bph dan solar 98 ribu bph. Selain itu, kilang ini juga memproduksi produk petrokimia mencapai 3.600 kilo ton per annum (ktpa).(RI)