JAKARTA – Indonesia diprediksikan membutuhkan tambahan listrik 10-20 Gigawatt (GW) setiap tahun.

Lars Jorgensen, CEO Thorcon International Pte.,Ltd, mengatakan total permintaan listrik di dunia  sekitar 100 GW per tahun selama 100 tahun.

“Kami (Thorcon) berencana membangun pembangkit di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dan ekspor Indonesia,” kata Lars dalam acara Pengenalan Teknologi Pembangkit Thorcon TMSR (Thorium Molten Salt Reactor) di Jakarta, Senin (3/2).

Menurut Lars, Thorcon menawarkan teknologi pembangkit listrik dengan energi bersih, namun tetap murah dari sisi biaya. Thorcon yang berasal dari Amerika Serikat telah menyatakan keseriusan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Indonesia dengan nilai investasi Rp17 triliun.

Dengan teknologi TMSR500 (Thorium Molten Salt Reactor 500 MW), PLTT ini nantinya akan menggunakan model desain struktur kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter, yang setara dengan tanker kelas Panamax.

Berdasarkan kajian Thorcon, biaya overnight atau biaya tanpa memperhitungkan faktor-faktor di luar mesin dari PLTT diperkirakan sekitar 3 sen per KwH. Sementara jika memperhitungkan faktor lainnya, maka harga yang ditawarkan ke PT PLN (Persero) sekitar 6-7 sen per KwH.

Lars menjelaskan, kebutuhan listrik dunia sangat besar dan dapat ditopang oleh Energi nuklir.

Lars memastikan bahwa energi nuklir aman.
“TMSR 500 aman, bahkan dengan kesalahan manusia dan tanpa listrik,” ujarnya.

Lebih lanjut menurut Lars, regulator telah menetapkan level rilis maksimum yang diijinkan pada 1mSv per tahun. Sedangkan level bahaya adalah 1000 mSv. “Radiasi dari energi nuklir bukan bahaya besar. Kami dapat membangun ini di Indonesia. Oleh orang Indonesia, untuk Indonesia,” tandas Lars.(RA)