JAKARTA – Pemerintah memberikan restu kepada PT Freeport Indonesia membangun pusat fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter tembaga di Halmahera Timur. Freeport menggandeng mitra asal China, Tsingshan untuk membangun smelter tersebut.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan kedua pihak kini sudah memasuki tahap final pembicaraan kerja sama. Pemerintah dari awal mendorong agar kerja sama tersebut bisa terwujud.

“Saat ini sedang tahap finalisasi perjanjian antara Tsingshan dengan Freeport untuk membangun pabrik pemurnian di Wedabay, Halmahera Timur,” kata Luhut, Rabu (3/2).

Freeport bersama mitra akan membuat pabrik smelter tembaga yang menghasilkan beberapa produk unggulan, sepeti cobalt dan asam sulfat yang kini makin tinggi peminatnya di tengah peningkatan tren kendaraan listrik di dunia.

“Asam sulfat ini merupakan salah satu dari bahan baku baterai. Disatu sisi, kita sudah punya pabrik pemurnian nikel ore. Ini semua sesuai rencana. maka pada 2023 kita sudah bisa bikin baterai dengan teknologi yang paling baru,” ungkap Luhut.

Keterlibatan mitra dalam pembangunan smelter menjadi alternatif yang justru datang dari pemerintah. Freport sebenarnya sudah kerap kali mengindikasikan keberatannya membangun smelter baru dengan menyatakan bahwa proyek smelter Freeport adalah proyek rugi. Padahal membangun smelter sudah disepakati Freeport sebagai salah satu syarat mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2041 di tambang Grasberg, Papua.

Freeport McMoRan salah satu pemegang saham Freeport Indonesia juga mengusulkan agar smelter baru tidak perlu dibangun. Sebagai gantinya Freeport Indonesia disarankan agar mengembangkan fasilitas smelter yang sekarang telah dimiliki di Gresik.(RI)