HOUSTON– Harga minyak global masih di bawah level US4 60 per barel kendati ada kenaikan sedikit pada pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (13/8) pagi WIB. Hal ini didorong oleh ekspektasi bahwa produsen-produsen utama akan terus mengurangi pasokan global mengurangi kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan minyak yang melambat akibat perang perdagangan AS-China.

Xinhua melaporkan harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, menambahkan US$0,43 menjadi menetap pada US$54,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, naik US$0,04 menjadi ditutup pada US$58,57 per barel di London ICE Futures Exchange.

Para investor terpecah antara ekspektasi perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global dan obrolan tentang upaya-upaya baru oleh produsen-produsen utama untuk mengurangi produksi dan mendukung harga, kata analis.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari.

Kuwait “berkomitmen penuh” pada perjanjian OPEC+, Menteri Perminyakan Khaled al-Fadhel mengatakan menambahkan bahwa Kuwait telah memangkas produksinya sendiri lebih dari yang dipersyaratkan dalam perjanjian.

Menurut al-Fadhel kekhawatiran penurunan ekonomi global “dibesar-besarkan” dan mengatakan permintaan global untuk minyak mentah akan meningkat di paruh kedua, membantu mengurangi surplus persediaan minyak secara bertahap.

Para analis menyatakan dalam sebuah tanda bahwa pemimpin OPEC de-facto Arab Saudi bermaksud mendukung harga, Saudi Aramco yang dikelola negara siap untuk meluncurkan apa yang bisa menjadi penawaran umum perdana terbesar di dunia.

Pemerintah Saudi akan memutuskan kapan IPO akan berlangsung berdasarkan persepsi tentang “apa yang akan menjadi kondisi pasar optimal,” kata eksekutif senior Aramco Khalid al-Dabbagh dalam sebuah konferensi jarak jauh dengan para analis.
Al-Dabbagh menyebutkan Saudi Aramco telah menandatangani surat perjanjian dengan Reliance India yang berpotensi membeli saham dalam bisnis penyulingan dan petrokimia.

“Saudi akan membutuhkan harga minyak yang lebih tinggi untuk IPO-nya, dan ini menegaskan mereka akan melakukan apa pun untuk menaikkan harga minyak,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.

Warta yang dilansir antaranews.com menyebutkan analis mengatakan pengurangan lebih banyak diperlukan untuk mendukung harga karena pengamat dan lembaga pemerintah mengeluarkan prediksi suram untuk ekonomi global dan pertumbuhan permintaan minyak.

Prospek ekonomi telah memburuk di seluruh dunia karena perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China meningkat, lembaga ekonomi Ifo Jerman mengatakan dalam survei triwulanannya terhadap hampir 1.200 pakar di lebih dari 110 negara.

“Ini akan membuat pasar jauh lebih lama untuk kembali ke keseimbangan, yang telah memaksa produsen OPEC dan non-OPEC untuk melanjutkan pengurangan produksi mereka,” kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Jumat (9/8/2019) bahwa meningkatnya tanda-tanda perlambatan ekonomi telah menyebabkan permintaan minyak global tumbuh pada laju paling lambat sejak krisis keuangan 2008.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran juga terlihat berkontribusi pada penguatan harga minyak, kata para analis.

Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan peluncuran misi keamanan maritim AS di Teluk Persia telah mengubah kawasan itu menjadi “kotak-korek api yang siap terbakar karena Amerika dan sekutunya membanjiri dengan senjata-senjata.”

Sebagian besar minyak dunia melewati Selat Hormuz di dekat Teluk Persia. Misi keamanan AS dimulai setelah ledakan merusak enam tanker pada Mei dan Juni, dan Iran menyita tanker berbendera Inggris pada bulan berikutnya.

Para pejabat Iran “mengatakan itu adalah area lintas sempit dan AS akan menggerakkan masalah geopolitik,” kata Bill Baruch, seorang pedagang minyak di Blue Line Futures di Chicago. “Itu membantu minyak.”

Pelemahan dolar juga menopang harga minyak karena para investor khawatir perang perdagangan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS, kata para analis. Greenback yang lebih lemah membuat minyak mentah dalam denominasi dolar AS lebih murah untuk pembeli asing.

Pada Jumat (9/8), Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, menyebutkan para hedge fund menaikkan posisi net long mereka di kontrak berjangka dan opsi minyak mentah AS dalam minggu yang berakhir 6 Agustus. Itu adalah sinyal beberapa investor “berusaha untuk mengambil posisi terbawah,” kata Robert Yawger, seorang analis di Mizuho di New York. (RA)