JAKARTA – ConocoPhillips akan mengalihkan gas yang biasa dialokasikan ke Gas Supply Pte Ltd (GSPL),  Singapura untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit listrik PT PLN (Persero). Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan untuk menambah pasokan gas ke Batam, khususnya sektor kelistrikan Batam dan Bintan yang masih kekurangan gas sebesar 10-17 BBTUD, ConocoPhillips menambah pasokan gas ke Batam dengan mengalihkan pasokan gas yang ke GSPL.

“Dengan skema alokasi gas tersebut kebutuhan PLN Batam dapat dipenuhi, sehingga tidak terjadi pemadaman listrik di Batam,” kata Wisnu saat dihubungi Dunia Energi, Senin (25/2).

Kebutuhan gas PLN untuk pembangkit listrik di wilayah Batam mencapai 14 BBTUD dipasok melalui jaringan pipa PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN yang memiliki alokasi gas sebesar 25 BBTUD. Selain 14 BBTUD untuk PLN Batam, PGN juga memasok 11 BBTUD untuk industri.

Menurut Wisnu, ConocoPhillips sebenarnya telah berkomitmen untuk memasok gas ke PGN sebesar 10 BBTUD untuk kebutuhan PLN Batam.

Selain ke PLN dan ke PGN, pasokan gas ConocoPhillips juga dipastikan berdampak pada pelanggan gas lainnya. ConocoPhillips telah melakukan pengalokasian gas berdasarkan sumber gas dan kontrak eksisting, antara lain pasokan gas ke PT Chevron Pacific Indonesia untuk kebutuhan operasi lifting sebesar 90 BBTUD.

“Kemudian pasokan gas ke GSPL (Singapore) dijaga pada minimum kewajiban sekitar 170 BBTUD,” ungkap Wisnu.

Dia menambahkan planned maintenance ConocoPhillips dilaksanakan pada 23 Februari hingga 1 Maret 2019 di Suban dan 28 Februari 2019 di Corridor.

Trigger dari shut down antara lain Suban Compression Project Activities untuk menjaga kehandalan pasokan gas dan perbaikan USM Valve Replacement.

“Rencana shut down telah dikoordinasikan oleh ConocoPhillips kepada para pembelinya dari Oktober 2018,” kata Wisnu.

Lapangan Suban, bagian dari Blok Corridor yang dioperatori oleh ConocoPhillips merupakan salah satu kontributor gas terbesar di Indonesia. Rata-rata produksinya pada 2018 menempati urutan ketiga produksi gas terbesar di Indonesia. Rata-rata produksi Blok Corridor mencapai  840 MMSCFD atau 104% dari target di APBN sebesar 810 MMACFD.(RI)