JAKARTA – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah mengantisipasi dampak pemberian sanksi yang diberikan Uni Eropa kepada Rusia berikut perusahaan-perusahaannya terhadap keberlanjutan proyek kilang Tuban. Seperti diketahui KPI saat ini bermitra dengan perusahaan asal Rusia, Rosneft.
Manajemen KPI sudah menyampaikan kegelisahannya kepada Rosneft sekitar tiga bulan lalu.

Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menyatakan pihak Rosneft belum memberikan jawaban resmi terkait dampak sanksi tersebut terhadap kelanjutan kerjasama.

“Kita sudah sampaikan ke pihak mereka apakah kita harus mengambil partner lain apa engga untuk membalance, sudah kita komunikasikan kan kita harus kasih tahu ke pihak Rosneftnya bahwa due to ukraine conflict ada implikasi, karena mereka juga aware,” ujar Taufik ditemui disela pelaksanaan Indonesia Petroleum Assoication (IPA) Convention and Exhibition (Convex) 2023, Kamis (27/7).

Menurut Taufik kelanjutan kerjasama dengan Rosneft akan terjawab setelah penyusunan Final Investment Decision (FID) selesai tahun depan.”JV (Joint Venture) kita harus diselesaikan dulu. JV kita harus selesai sampai ini FID saya bilang tadi go no go-nya, karena itu sudah komitmen,” ujar Taufik.

Sebelumnya perusahaan minyak dan gas bumi (MIgas) asal Rusia yakni Zarubezhneft (ZN) dikatakan akan mengalihkan participating interest-nya (PI) atau Farm Out di wilayah kerja (WK) Migas Tuna yang berada di area Laut China Selatan.

Pemerintah memberikan penugasan kepada PT Pertamina (Persero) melalui Kepmen ESDM Nomor 807 Tahun 2016 tentang Penugasan kepada PT Pertamina (Persero) dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di Tuban, Jawa Timur.

Proyek Kilang Minyak Tuban dimiliki oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, yang merupakan usaha patungan antara Pertamina (55%) dan Rosneft PJSC (Rusia) (45%). Proyek ini bagian dari New Grass Root Refinery (NGRR) yang dibangun Pertamina untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan memproduksi petrokimia berkualitas tinggi.

Pembangunan kilang Tuban dipastikan molor jauh dari target yang dipatok pemerintah maupun Pertamina di tahun 2024. Hingga kini proses pengadaan lahan saja masih terus berlangsung belum ada pembangunan fisik kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) yang terjadi.

Berdasarkan jadwal yang telah disusun, KPI pada awal tahun ini menyatakan bahwa FID bisa rampung pada kuartal I tahun 2024. selesainya FID yang ditargetkan pada tahun depan maka akan ada penyesuaian terhadap jadwal penyelesaian kilang baru tersebut. KPI menargetkan Pertamina bisa memiliki kilang Tuban pada tahun 2028. (RI)