JAKARTA – Pemerintah tidak jarang terus meyakinkan masyarakat luas serta pelaku usaha bahwa potensi sumber daya migas masih besar di tanah air dan hanya perlu dilakukan pencarian secara intensif.

Namun demikian kondisi potensi cadangan yang besar ternyata tidak cukup menjanjikan atau menjadi daya tarik bagi para pelaku usaha.

Benny Lubiantara, Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan hingga kini Indonesia terjebak pada masalah daya tarik usaha yang masih belum bisa bersaing dengan negara-negara lain. Bahkan untuk urusan kemudahan berusaha dan daya tarik bagi para pelaku usaha Indonesia masih kalah dibandingkan negara-negara yang dari sisi kondisi ekonomi jauh dibwah Indonesia.

Menurut Benny selama lebih dari satu dekade terakhir tidak ada penemuan migas besar di negara-negara yang selama ini dikenal sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Justru temuan berada di negara-negara terbilang baru untuk urusan hulu migas.

“Penemuan besar di global 15 tahun terakhir di negara-negara meski mereka relatif baru mereka menawarkan rezim sederhana, di Suriname, Mozambique,” kata Benny dalam sesi diskusi di kantor SKK Migas, Rabu (17/5).

Menurut dia kunci sukses Suriname dan Mozambique adalah aturan main hulu migas yang sederhana dan tidak berbelit. “Mereka lebih simple untuk investor lebih menarik,” ungkap Benny.

Kondisi tersebut menurut Benny seharusnya menjadi pemantik bagi seluruh stakeholder untuk berbenah. Penyediaan insentif baru para pelaku usaha semata-mata memang untuk memberikan jaminan kepastian berusaha. Hal itu penting karena peran pelaku usaha dalam mencapai target produksi juga krusial.

Salah satu perbaikan yang harus ditempuh pemerintah adalah dari sisi regulasi serta perbaikan dari sisi fiskal. ” Persaingan investasi hulu migas akan semakin meningkat, persaingan memperoleh capitla lebi ketat. Risiko bisnis yang meningkat secara financing, persyaratan utk dapat capital lebih banyak harus green ada lingkup CCS/CCUS otoamtis meningaktkan financing risiko meningkat, perlu fiskal yang lebih menarik,” ujar Benny. (RI)