JAKARTA – Indonesia diproyeksi sudah bisa memaksimalkan potensi green hidrogen untuk tenaga listrik pada tahun 2027 mendatang. Namun untuk mewujudkannya memang tidak mudah dan perlu dukungan penuh serta kemauan dari pemerintah.

Ricky Cahya Andrian, Ketua Umum Masyarakat Energi Cerdas Indonesia (MECI), menyatakan peran pemerintah sangat krusial dalam pemanfaatan potensi hidrogen. Dia meyakini jika pemerintah berani melakukan terobosan maka Indonesia bisa jadi salah satu negara yang sukses keluar dari ketergantungan energi fosil dengan memanfaatkan green hidrogen.

“Indonesia 2027 sudah bisa booming hidrogen. Bisa karena tetangga kita (Malaysia) tahun 2027 itu mereka sudah declare gunakan hidrogen ammonia besar-besaran,” kata Ricky disela diskusi dengan tema pemanfaatan Green Hidrogen di Bakrie Tower, Kamis (2/3).

Salah satu alasannya menurut Ricky adalah kebijakan pemerintah yang saat ini tengah mengejar target untuk dekarbonisasi. Indonesia sekarang masih sangat tergantung dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

“Karena energi base load PLTU di indonesia tidak intermiten sekarang kalau bicara siapa yang bisa gantikan PLTU tadi itu hidrogen. Future. matahari intermiten juga. cuaca mendung ga jamin bisa gantikan baseload coal,” ujar Ricky.

Salah satu langkah utama yang harus dilakukan pemerintah agar hidrogen termonetisasi secara maksimal adalah melalui dukungan regulasi.

“Harus keluarkan regulasi yang medukung. karena harga masih mahal jadi harus berikan insentif,” ujar Ricky.

Menurutnya rata-rata harga hidrogen sekarang sekitar US$5 per kg untuk feasible diangka US$3,2 per kg. “Kalau dapat itu produksinya harus bisa US$4 sen per kWh karena so grid PLN saja US$7 sen per kWh,” ujar dia.

Selanjutnya adalah mengembangkan industri pendukung hidrogen. Menurut Ricky engineer tanah air sudah mampu menciptakan alat dan teknologi khusus untuk bisa mengurai bahan baku hidrogen menjadi hidrogen.

“Misalnya jantung hidrogen electrolyzer yang pisahkan H2O jadi H2 dan O2 itu masih terbatas. di dunia kapasitas produksi hanya 2 GW kebutuhan lebih dari 2 GW jadi kalau pesen sekarang inden perlu 2 tahun menunggu. itu masalah utama. Pemerintah harus mendorong industri kita bisa hasilkan electrolyzer,” ujar Ricky.

Belakangan hidrogen memang menjadi buah bibir dan dianggap sebagai energi masa depan. Keberadaan hidrogen di Indonesia juga diyakini sangat besar. Beberapa sumber bahan baku hidrogen tersedia di sini, sebut saja gas, panae bumi, batu bara serta yang terbesar adalah air. Selain untuk tenaga listrik, produk turunan hidrogen juga beragam seperti untuk ammonia sebagai bahan baku pupuk, lalu bisa juga untuk methanol yang bisa menjadi gasoline atau bensin (BBM).