JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) dan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) mulai terjun ke bisnis baru bahan bakar hidrogen. Ini jadi salah satu lini bisnis yang disiapkan untuk masa depan selain ekosistem kendaraan listrik yang sebelumnya juga sudah diusung perseroan.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Komisaris Utama Pertamina, menegaskan dengan pengelolaan berbagai sumber daya alam oleh Pertamina maka Pertamina dinilai paling siap dalam memulai bisnis bahan bakar dengan variasi sumber energi termasuk untuk mendorong kendaraan berbasis hidrogen.

Pertamina tidak sendiri dalam kembangkan bahan bakar hidrogen. Manufaktur Toyota turut dilibatkan dan dalam tahap awal ini Toyota akan siapkan 40 mobil berbahan bakar hidrogen untuk manajemen Pertamina.

Menurut Ahok dengan kapasitas Pertamina serta kesiapan infrastruktur pendukung maka tidak berlebihan jika Pertamina harus menguasai bisnis bahan bakar di tanah air.

“Kita sangat siap, infrastruktur siap. Pertamina harus melakukan itu, semua pengisian bahan bakar harus jadi milik Pertamina Retail,” kata Ahok dalam peresmian groundbreaking hydrogen refueling station (HRS) di SPBU Daan Mogot Jakarta, Rabu (17/1).

Stasiun Pengisian Bahan bakar Hidrogen (SPBH) pertama Pertamina ini akan memiliki berkapasitas 450 kilogram (kg) per hari dan rencananya akan dikembangkan menjadi tujuh SPBH tersebar di berbagai wilayah.

Selain itu Ahok juga mendorong agar truk operasional Pertamina yang mengangkut BBM bisa menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar nantinya.

“Pertamina logisitik akan masuk dengan petrofin, truknya itu hampir ada 7 ribu truk. Bayangin kalau masuk untuk hidrogen. Dan itu kita sangat siap,” tegas Ahok.

Dannif Danusaputro, Chief Executive Officer Pertamina NRE, menyatakan groundbreaking hydrogen refueling station ini menjadi salah satu milestone dalam membangun ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Namun tidak kalah penting, dalam menciptakan ekosistem adalah berkolaborasi tidak saja di sisi hulu tapi di sisi hilir.

“Untuk itu di sini kami bekerja sama dengan Toyota yang telah memproduksi fuel cell electric vehicle, Toyota Mirai, yang nantinya akan melakukan pengisian hidrogen di HRS kami. Kami sangat menyambut baik kolaborasi strategis ini,” ungkap Dannif.

Dia menuturkan dengan hadirnya hidrogen sebagai bahan bakar transportasi akan memperkuat ketahanan energi, di mana masyarakat pengendara kendaraan bermotor ke depan tidak hanya memiliki pilihan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik saja tapi juga hidrogen sebagai alternatif bahan bakar.

“Untuk itu Pertamina antusias bila semakin banyak penyedia infrastruktur di sektor ini karena akan semakin cepat dan banyak terbangun infrastruktur sehingga membantu mempercepat penciptaan pasar serta terbentuknya ekosistem di Indonesia,” ujar Dannif.

Pertamina NRE memiliki aspirasi tidak hanya menjadi pemain domestik tapi juga melayani pasar ekspor hidrogen pada tahun 2031 – 2040. Hidrogen menjadi salah satu portfolio bisnis hijau masa depan Pertamina dan Indonesia sangat berpotensi menjadi pemain utama sektor ini di tingkat regional.