JAKARTA- Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mantan Direktur Jenderal di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang kini menjabat Vice President Stakeholder Relations PT Pertamina (Persero), dikabarkan terpilih sebagai Sekretaris Perusahaan (Sekper) Pertamina melalui proses internal job posting (IJP) atau lelang jabatan. Tyok, begitu panggilan akrab sarjana teknik industri Institut Teknologi 10 November Surabaya, itu akan ditabalkan sebagai Sekper Pertamina menggantikan Tajudin Noor.

“Pak Tyok akan dilantik menjadi Sekper menggantikan Pak Tajudin yang promosi menjadi SVP (Senior Vice President) di salah satu direktorat di holding Pertamina,” ujar sumber Dunia Energi di intern Pertamina, Selasa (24/11). Pelantikan Sekper baru Pertamina dijadwalkan pekan ini.

Tyok, yang lahir di  Surabaya, 11 Agustus 1975, mencorong namanya justru saat didapuk jadi Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada 17 Maret 2016. Saat itu posisi Tyo adalah manajer bisnis internasional Pertamina. Selain Tyo, Menteri Susi saat itu juga merekrut Rifky Effendi Hardijanto sebagai Kepada Badan Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan. Rifky sebelumnya adalah Direktur Utama PT Pelita Air Service.

Setelah kontrak di Kementerian Kelautan dan Perikanan habis, seiring habisnya masa jabatan Susi, Tyo kembali ke Pertamina dan langsung mendapatkan posisi Vice President Stakeholder Relations menggantikan Teuku Mirasfi yang promosi menjadi direktur utama PT Pertamina Training and Consulting.

Hingga berita ini diturunkan, Tyok belum bisa dikonfirmasi. Upaya Dunia Energi untuk menghubungi secara langsung via telepon seluler juga tak diangkat. Pertanyaan yang dikirim via WA juga belum direspons.

Empat Calon

Proses IJP batch dua Pertamina dimulai pada 19-21 September 2020. Seluruh karyawan Pertamina yang memenuhi ketentuan, bisa berpartisipasi dalam IJP ini. Peserta IJP batch dua atau posisi Sekper Pertamina harus melengkapi administrasi lengkap, menyampaikan riwayat hidup, motivation essay, dan usulan program inovasi jika terpilih jadi Sekper. Semua persyaratan itu dibuat dalam bahasa Inggris.

Hingga tahap fit and proper test (FTP) terdapat empat calon Sekper yang lolos tahap akhir IJP batch dua. Mereka adalah Brahmantyo, Sekper PT Pertamina Hulu Energi Wisnu Bahriansyah, mantan Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, dan staf senior Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia Dony Indrawan yang juga ikut IJP batch satu untuk posisi SVP Corporate Communication & Investor Relation. Bahkan, Dony sempat masuk dalam posisi tiga besar sebelum akhirnya Dewan Direksi Pertamina memilih Agus Suprijanto, mantan VP Supply Chain Management-Authority Coordination-Corporate Communication and External Affairs PT Pertamina Hulu Mahakam, anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia, sebagai SVP Corcom.

Pada 4 Oktober sore, empat orang kandidat Sekper Pertamina itu “diuji” oleh Dewan Direksi Pertamina. Tiga orang direktur perusahaan mewawancarai empat calon Sekper dalam proses FTP. Mereka adalah Direktur SDM Pertamina Koeshartanto, Direktur Keuangan Emma Sri Martini, dan Direktur Layanan Bisnis Muhammad Haryo Yunianto.

Secara bergiliran melalui FTP virtual empat calon Sekper ditanya satu-satu oleh tiga direktur Pertamina, antara lain soal visi dan misi serta rencana ke depan terkait fungsi kesekretariatan perusahaan.

Rupanya, proses FTP itu memakan waktu lama. Belakangan muncul kabar bahwa Direksi Pertamina telah mengajukan dua nama calon Sekper kepada Dewan Komisaris Perusahaan. Dua nama yang lolos FT dan diajukan Direksi kepada Komisaris Pertamina adalah Tyok dan Wisnu. Namun, Dewan Komisaris Pertamina tak kunjung memilih siapa di antara dua calon Sekper itu yang direstui. Pada 21 November 2020, Dunia Energi sempat mengonfirmasi Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama terkait keputusan Dewan Komisaris atas hasil FTP Dewan Direksi untuk posisi Sekper baru perusahaan. “Nanti anda akan tahu. Tanya ke dirut,” ujar Basuki dalam pesan singkat via WA.

Heppy Wulansari, Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina, saat dikonfirmasi mengungkapkan lama cepatnya proses seleksi jabatan relatif karena Pertamina harus mengikuti prosedur yang berlaku. “Kalau masalah proses, kami rasa lama atau tidak lama itu relatif ya. Yang pasti memang ada prosedur untuk pemilihan SDM di satu posisi,” kata Heppy kepada Dunia Energi, Selasa (24/11).

Heppy mengakui proses seleksi Sekper memang melalui IJP dan peserta harus mengikuti serangkaian proses. “Saat ini corporate secretary eksisting masih Pak Tajudin dan paralel pemilihan corporate secretary baru, berjalan sesuai prosedur,” kata Heppy.

Menurut analisis Dunia Energi, penetapan pejabat Sekper Pertamina sejatinya bukanlah hal yang mudah sehingga ini mungkin menjadi alasan mengapa proses seleksi IJP untuk posisi ini berjalan lebih lama. Apalagi saat ini posisi Sekper merupakan posisi strategis karena membawahi fungsi-fungsi penting seperti Board Support, Stakeholder Relations, Corporate Social Responsibility and Small Medium Enterprises Partnership Program, serta fungsi Compliance. Pengalaman dan pemahaman terhadap keseluruhan fungsi dan tanggung jawab Sekper mutlak harus dimiliki pejabat Sekper agar bisa berperan efektif dan efisien. Artinya, pejabat yang belum sepenuhnya memahami ini harus segera berlari untuk belajar, bertanya, melatih, dan menguasai fungsi perannya sehingga minimal pekerjaan rutin Sekper bisa dikelola tanpa kesulitan dan tidak menimbulkan masalah bagi Pertamina.

Namun, mengingat Pertamina telah mendeklarasikan diri untuk mencapai visinya sebagai perusahaan energi nasional kelas dunia dan aspirasinya untuk mencapai nilai pasar US$100 miliar pada 2026, tuntutan kepada fungsi Sekper tentunya berubah dan semakin meningkat karena fungsi ini bersama-sama dengan SVP Corporate Communication & Investor Relations harus mampu mendorong reputasi tinggi Pertamina di semua aspek kinerjanya, baik operasi produksi, QHSSE, komersial, SDM, kepatuhan dan tentu saja kinerja keuangan. Pejabat baru tidak boleh hanya mampu memperbaiki kinerja atas kegiatan atau program yang selama ini sudah berjalan, tetapi harus mampu menyelaraskan dan membangun strategi, kebijakan dan pendekatan yang tepat dalam mendongkrak reputasi Pertamina sehingga mampu sejajar dengan kompetitor terutama perusahaan-perusahaan energi global. Kalau mindset dan cara berpikirnya masih sama atau hanya sekadar memperbaiki program yang ada, tidak mungkin bisa dicapai akselerasi yang membuat Pertamina bisa mencapai aspirasi dan visinya tersebut. (RI/DR)