JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan menggunakan dua skema kontrak kerja sama dalam penawaran blok migas 2020, yaitu cost recovery dan gross split. Hanya saja saat ini masih dilakukan evaluasi terhadap skema cost recovery itu sendiri.

Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, mengatakan harus diakui masih banyak peminat dari skema cost recovery,  namun ada kelemahan dalam skema tersebut yang harus dievaluasi terutama  terkait item-item apa saja yang bisa di-cost recovery.

Menurut Mamit, cost recovery banyak potensi bolongnya. Dibutuhkan satu pengawasan yang lebih agar benar-benar secure dalam pembayaran cost recovery.

“Kita tahu bahwa tahun 2015 dan 2016 cost recovery lebih besar daripada penerimaan negara. Item-item yang bisa di cost recovery saya kira perlu diperhatikan kembali apakah sudah sesuai atau perlu perbaikan,” kata Mamit kepada Dunia Energi, Jumat (21/2).

Setidaknya ada lebih dari 10 blok migas disiapkan oleh pemerintah untuk dilelang pada tahun ini. Penggunaan dua skema dalam lelang tersebut memang menurut Mamit bisa jadi upaya yang diapresiasi karena ini membuktikan bahwa pemerintah lebih fleksibel, ini juga yang kerap disurakan para pelaku usaha.

Apalagi, saat ini banyak blok migas Indonesia banyak berada di Indonesia bagaian Timur dan offshore. Jadi dibutuhkan keluwesan bagi investor terkait skema yang mereka inginkan

“Saya kira dengan pemberian dua skema dalam lelang blok migas merupakan salah satu solusi agar blok migas kita bisa lebih banyak yang meminati. Adanya kebebasan tersebut membuat investor melakukan kajian skema mana yang lebih menguntungkan bagi mereka dalam berinvestasi di Indonesia mengingat bisnis migas adalah bisnis yang high risk,high cost dan high technology,” ungkap Mamit.

Mustafid, Direktur Pembinaan Hulu Ditjen Migas Kementerian ESDM, mengungkapkan saat ini evaluasi terhadap dua skema kontrak tersebut masih dilakukan. Menteri ESDM Arifin Tasrif memang telah memberikan lampu hijau penggunaan dua skema dalam penawaran blok migas. “Opsinya memang kami membolehkan dua skema,” ujarnya.

Mustafid mengatakan pemerintah berencana paling sedikit menawarkan 10 blok migas tahun ini. Sebagian besar adalah blok konvensional. Semua ada dua blok nonkonvensional yang juga akan ikut dilelang, tapi saat ini evaluasi lanjutan sedang dilanjutkan terhadap dua blok tersebut.

“Target kami paling tidak sepuluh 10 itu konvensional. Untuk nonkonvensional nanti dilihat potensinya karena memang karakternya beda. Itu khusus ya. Kami masih menunggu arahan pimpinan,” kata Mustafid.(RI)