KUALA SIMPANG– Kinerja finansial yang cukup cemerlang diperlihatkan PT Pertamina EP. Anak usaha PT Pertamina (Persero) sekaligus kontraktor kontrak kerja (KKKS) di bawah koordinasi dan supervisi SKK Migas itu diproyeksikan membukukan laba bersih (net profit) sepanjang 2018 sebesar US$ 800 juta atau sekitar Rp 11,2 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS). Estimasi perolehan laba bersih tersebut lebih tinggi dari realisasi 2017 sebesar US$ 615 juta.

“Hingga November 2018, realisasi laba bersih kami mencapai US$ 690 juta (sekitar Rp9,66 triliun),” ujar Nanang Abdul Manaf di sela tajak sumur RNT-SZ24 di Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam, Sabtu (29/12).

Untuk 2019, sesuai rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) dengan SKK Migas, Pertamina EP memproyeksikan laba bersih US$ 780 juta. Laba itu akan disumbang oleh produksi minyak yang pada RKAP 2019 ditargetkan 82.500 barel per hari (bph) dan lifting (produksi minyak siap jual) gas sebesar 770 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), atau turun 40 MMSCFD dari 2018 sebesar 810 MMSCFD.

Nanang menjelaskan, penurunan produksi gas dipicu lapangan Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang selama ini menjadi tulang punggung produksi gas perseroan. “Lapangan di Musi Barat dan Musi Timur turun. Kami bisa saja memaksa peningkatan produksi, tapi lifetime-nya makin pendek,” katanya.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP. (Foto: A Tatan Rustandi/Dunia Energi)

Sementara itu, produksi minyak Pertamina EP pada 2019 diproyeksikan lebih tinggi dari target. Nanangi optimistis produksi minyak Pertamina bisa mencapai produksi 84.000 bph. Produksi minyak itu akan disumbangkan sumur baru di lapangan Jati Asri yang dikelola Pertamina EP Asset 3 Subang Field. Selain itu, produksi minyak juga disumbangkan dari lapangan Bambu Besar di Subang Field; serta Akasia Bagus dan Akasia Besar di Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, dan lapangan Sukowati yang dikelola Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field. Produksi minyak Sukowati—yang pengelolaannya dialihkan per 20 Mei 2018 dari JOB Pertamina PetroChina East Java kepada Pertamina EP itu—diproyeksikan mencapai 11.000 bph dari posisi saat ini 9.500 bph.

“Belum lagi produksi dari Pertamina EP di Kalimantan Grup. Ada lima field di Aset 5 sekitar 50 sumur pengembangan, terutama di Bunyu Field, Sembakung Field, Tarakan Field dan Sangasanga Field,” katanya.

Nanang mengatakan, tahun depan Pertamina EP akan membor 104 sumur dengan perincian sumur pengembangan 94 unit dan sumur eksplorasi 10 unit. Untuk mencapai target operasi produksi dan finansial, Pertamina EP menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar US$ 570 juta yang sebagian besar untuk pengeboran dan perbaikan fasilitas produksi seperti pembelian kompresor dan pompa baru. “Kenapa pengeboran penting karena itu akan tingkatkan produksi,” kata dia.

Di luar itu, Pertamina EP juga komitmen dalam penegakan aspek Health, Safety, Security, dan Environtment (HSSE) di seluruh area produksi perusahaa. “Kami juga memperbaiki pipa yang sudah usang sehingga bisa mencegah terjadinya pencemaran,” katanya. (DR)