JAKARTA – Empat proyek di sektor hulu migas mampu diselesaikan hingga kuartal I 2020. Dari keempat proyek tersebut didominasi produksi gas, sehingga mampu menghasilkan tambahan produksi gas sebesar 80 Juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan keempat proyek tersebut mampu menyerap investasi hingga US$45 juta. Tiga dari empat proyek merupakan proyek gas dan satu proyek utilitas.

Pertama adalah Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. di Jawa Timur. Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan produksi gas sebesar 30 MMSCFD. Proyek kedua adalah pengembangan Lapangan gas Randugunting oleh PT PHE Randugunting di Jawa Tengah, yang berpotensi memberikan tambahan produksi 5 MMSCFD. Proyek ketiga adalah pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. di Laut Natuna, memberikan tambahan produksi 45 MMSCFD.  Terakhir adalah pembangunan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP. Pembangkit yang dibangun akan digunakan untuk mendukung operasi hulu migas di wilayah Kalimantan Timur.

“Kami bersyukur empat proyek hulu migas telah dapat direalisasi tepat waktu. Capaian ini merupakan salah satu usaha yang kami lakukan untuk menjaga produksi migas sesuai target,” kata Julius, Kamis (9/4).

Selesainya empat proyek hulu tersebut menjadi angin segar di tengah penurunan ekonomi dunia akibat wabah virus Corona. Belum lagi harga minyak juga anjlok selain karena ekonomi anjloknya harga juga disebabkan perang harga antara OPEC, Arab Saudi serta Rusia. Namum demikian empat proyek masih jauh dari target penyelesaian proyek hulu migas yang dipatok pemerintah.

Pada 2020, ada 11 proyek hulu migas yang ditargetkan akan onstream. Mayoritas proyek merupakan proyek pengembangan lapangan gas. Jumlah proyek tersebut meningkat dibanding tahun lalu yang hanya ada sembilan proyek.

Menurut Julius, keberadaan proyek hulu migas akan memberikan kontribusi pada penambahan produksi migas yang bermuara pada pemasukan negara. Selain itu, proyek-proyek hulu migas juga akan menggerakan sektor ekonomi di daerah dan menciptakan lapangan kerja.

SKK Migas dan KKKS bekerja keras menjaga agar proyek hulu migas yang ditargetkan selesai pada 2020 dapat direalisasi tepat waktu. Namun menghadapi wabah Covid-19 dan penurunan harga minyak, SKK Migas harus duduk bersama dengan KKKS untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, termasuk mengevaluasi target capaian proyek.

“Hampir semua KKKS yang kami hubungi meminta akses khusus untuk pekerja dan material yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu kami harus membuat perencanaan ulang. Tujuannya agar kegiatan yang kami lakukan memberi manfaat maksimal bagi negara,” ungkap Julius.

Untui memastikan kegiatan operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tetap berjalan ditengah pandemi, SKK Migas telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar para KKKS mendapatkan pengecualian jika ditetapkan pembatasan kegiatan di wilayah oeprasi, apalagi untuk keperluan logistik.

“Kami juga setuju dengan adanya protocol yang ketat dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Namun demikian kami berharap agar kegiatan lapangan tetap dapat dijalankan walaupun dengan pergerakan yang berkurang tersebut,” kata Julius.(RI)