JAKARTA – Pemerintah menyatakan kebocoran gas yang terjadi di Proyek YY, Blok Offshore North West Java (ONWJ) bisa ditangani dengan baik oleh operatornya, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ.  Djoko Siswanto, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan  untuk saat ini prioritas tim kontraktor dan elemen lainnya adalah keselamatan serta dampak terhadap lingkungan. Untuk mengetahui penyebab insiden akan dilakukan investigasi lanjutan.

“Dalam menangani kecelakaan, yang pertama dilakukan adalah keselamatan orang. Terakhir baru tim investigasi. Tidak ada korban,” kata Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (17/7).

Kebocoran gas di Proyek YY terjadi sejak 12 Juli 2019 setelah sempat mengecil gelembung ternyata kembali membesar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan maka manajemen sudah melakukan evakusi terhadap 60 pekerja di anjungan YY.

Djoko mengatakan selain gas juga sudah terdapat tumpahan minyak di perairan. Namun hal itu sudah ditanggulangi PHE ONWJ dan tim terkait dengan telah memasang oil boom dan oil skimmer di lokasi semburan.  Tumpahan minyak tidak meluas dan tidak memberikan dampak negatif ke masyarakat.

“Sekarang sudah ada oil spill sudah ada. Upaya mengatasi setiap oil spill yang keluar. Berapa besar tidak tahu, sudah mengantisipasi diambil tapi (minyaknya).  Belum sampai ke pesisir. Upaya pertama orang evakuasi, kedua lingkungan supaya minyak tidak sebar kemana-mana, kami tangkap dan bereskan,” ungkap Djoko.

Saat ini sedang dilakukan tindakan lanjutan untuk menghentikan kebocoran minyak dan gas yang terjadi saat sedang dilakukan tahap pre perforasi sebagai persiapan sebelum melakukan produksi. Perforasi sendiri adalah tahapan dengan melakukan teknik membuat lubang pada sumur untuk dilakukan injeksi sehingga minyak atau gas bisa naik dan diproduksi.

Menurut Djoko apabila kebocoran berlanjut dan tidak dapat ditanggulangi salah satu akibat terburuk adalah bisa terjadi blow out. “Sekarang sedang upayakan lakukan bor miring untuk mengatasi terjadinya gas kick yang berakibat blow out,” kata Djoko.

Di tempat terpisah, Ifki Sukarya, Vice President Relation PHE, mengungkapkan manajemen PHE telah menghentikan sementara seluruh pengerjaan proyek YY yang sejauh ini pengerjaannya sudah mencapai lebih dari 90%. Sebelum kejadian, ada tiga sumur yang dibor di proyek YY, satu diantaranya adalah sumur reaktivasi yang sempat dibor dan dikerjakan ulang. Kebocoran gas terjadi di sumur tersebut. Dua sumur lainnya merupakan sumur eksplorasi baru. PHE memutuskan kegiatan di dua sumur lainnya juga dihentikan.

“Kalau ada tumpahan minyak yang penting tim kami sudah ready, apalagi kalau mencapai ke pantai. Kami sudah siapkan tujuh kapal untuk membersihkan kalau minyaknya muncul,” kata Ifki.

PHE juga sudah identifikasi potensi dampak negarif yang ditimbulkan dari kejadian kebocoran terhadap tiga desa di sekitar proyek. Langkah penanggulangan bahkan sudah disiapkan dengan kesiapan dari tim khusus yang telah dibina perusahaan. “Kami punya kelompok masyarakat yang dibina kalau ada kejadian seperti ini,” kata Ifki.(RI)