JAKARTA– Pemerintah Iran meminta lebih banyak informasi dari Pemerintah Indonesia pada Senin (25/1) terkait penyitaan MT Horse, salah satu kapal tanker bahan bakar berbendera Iran, yang dituduh mentransfer minyak secara illegal oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) Republik Indonesia.

Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan Iran telah mendengar rincian “kontradiktif” tentang penyitaan kapal MT Horse pada hari Minggu dan sedang mencari klarifikasi dari Jakarta.

“Tapi ini adalah masalah teknis dan hal semacam ini telah diketahui terjadi di perkapalan,” katanya kepada wartawan saat konferensi pers di Teheran seperti dikutip laman Aljazeera.

Menurut Khatibzadeh, Pelabuhan dan Organisasi Maritim Iran dan Kedutaan Besar Iran di Jakarta Indonesia sedang menindaklanjuti masalah tersebut dan informasi lebih lanjut akan diumumkan ketika sudah jelas.

Sebelumnya diberitakan, Bakamla RI menangkap dua kapal berjenis motor tanker (MT) berbendera Iran dan Panama yang diduga melakukan transfer bahan bakar minyak (BBM) ilegal di perairan Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (24/1).

“Proses pengamanan tersebut dilakukan saat KN Marore-322 yang dikomandani Letkol Yuli Eko Prihartanto sedang melaksanakan Operasi Keamanan dan Keselamatan Laut Dalam Negeri Trisula-I/21,” kata Kolonel Wisnu Pramandita, Kabag Humas dan Protokol Bakamla dalam keterangan yang dikutip dari laman Bakamla, Senin.

Saat melaksanakan patroli, pukul 05.30 WIB KN Marore-322 mendeteksi kontak radar diam dengan indikasi AIS dimatikan pada baringan 260 jarak 17NM posisi 00° 02′ U – 107° 37′ T.

Demi memastikan Komandan KN Marore-322 memerintahkan untuk bergerak mendekati kontak dengan kecepatan 16 knot.

Pada pukul 06.00 WIB, lanjut Wisnu, KN Marore-322 mendeteksi secara visual terdapat dua kapal berjenis MT yang sedang melaksanakan ship to ship diduga melakukan transfer BBM illegal dan dengan sengaja menutup nama lambung kapal dengan kain untuk mengelabuhi aparat penegak hukum Indonesia.

Sebentar kemudian , KN Marore-322 melakukan kontak radio channel 16 untuk menanyakan perihal keberadaannya di perairan Pontianak. Tidak ada Respons dari kedua kapal berjenis MT tersebut sehingga menambah kecurigaan KN Marore-322.

Menindaklanjuti kecurigaannya, Komandan KN Marore-322 Letkol Yuli Eko Prihartanto menghubungi Direktur Operasi Laut Laksamana Pertama Suwito dan mendapatkan perintah untuk melaksanakan pemeriksaan serta penggeledahan.

Hasil dari pemeriksaan awal, diketahui bahwa dua kapal tanker tersebut bernama MT Horse berbendera Iran dan MT Frea berbendera Panama. Dugaan awal, kedua kapal tanker melanggar hak lintas transit pada ALKI I dengan keluar dari batas 25NM ALKI melakukan lego jangkar di luar ALKI, melaksanakan ship to ship transfer BBM illegal, tidak mengibarkan bendera kebangsaan, AIS dimatikan serta MT Frea melaksanakan oil spiling.

“Dugaan awal, kedua kapal tanker melanggar hak lintas transit pada ALKI I dengan keluar dari batas 25NM ALKI melakukan lego jangkar di luar ALKI, melaksanakan ship to ship transfer BBM ilegal, tidak mengibarkan bendera kebangsaan, AIS dimatikan serta MT Frea melaksanakan oil spiling,” kata Wisnu.

Atas dugaan berbagai pelanggaran itu, kedua kapal itu hingga Senin (25/1) sore sedang digiring perjalanan menuju Batam, Kepulauan Riau untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dua kapal diamankan bersama dengan kru. Untuk MT Horse berbendera Iran ada 36 kru yang semuanya warga negara Iran. Sementara MT Frea berbendera Panama ada 25 kru semuanya warga negara Cina.

Penyitaan kapal tanker MT Horse terjadi beberapa minggu setelah Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menyita sebuah kapal tanker Korea Selatan di perairannya karena “pencemaran lingkungan”. Iran telah menolak klaim penyitaan kapal Korea Selatan itu senilai lebih dari $ 7 miliar dana Iran yang dibekukan oleh Seoul, dengan mengatakan masalah itu bersifat “teknis”.

Iran, yang berada di bawah sanksi keras Amerika Serikat yang terutama menargetkan ekspor minyaknya, dikatakan melakukan penjualan minyak di bawah radar dengan menonaktifkan sistem pelacakan.

Tahun lalu, Iran telah menggunakan MT Horse untuk mengirim 2,1 juta barel kondensat ke sesama Venezuela yang dikenai sanksi AS.

Awal pekan ini, Menteri Perminyakan Bijan Zanganeh mengatakan “ekspor minyak Iran dan aksesnya ke uang minyak telah meningkat secara signifikan” tanpa menjelaskan lebih lanjut. Pernyataannya datang beberapa hari setelah Joe Biden dilantik sebagai presiden baru AS.

Biden telah menyatakan minatnya untuk membawa negaranya kembali ke kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia yang mengekang aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. Pendahulunya Donald Trump telah menarik AS keluar dari perjanjian tersebut pada 2018. (DR)